Jumat, 02 Agustus 2013

Sambil Menyelam Minum Air


Fadhli Kusuma atau yang biasa dikenal dengan panggilan Fadhli ini merupakan salah satu mahasiswa di Universitas ternama yang ada di Pulau Jawa. Ia merupakan anak bungsu dari pasangan Ibu Kartika dan Pak Joko. Ia dibesarkan oleh keluarga yang sederhana. Bapaknya adalah seorang Petani dan ibunya hanya seorang Ibu Rumah Tangga. Namun begitu, Fadhli tak pernah malu akan pekerjaan orang tuanya itu. Ia malah membantu bapaknya jika ia pulang ke kampung halamannya yaitu di Provinsi Sumatera Utara.
Sejak kecil, Fadhli memang sudah hidup mandiri, bayangkan saja, ketika ia masih duduk di bangku SMP, ia berjualan pisang goreng di kelasnya. Ya lumayan lah keuntungan yang didapat, bisa dipakainya untuk membayar uang sekolah. Sekarang saja Fadhli bisa kuliah karna berkat kegigihan dan kerja kerasnya. Ia memang murid yang pintar, maka dari itu, dia sekarang tak perlu lagi membayar uang kuliah persemesternya karna ia berhasil meraih beasiswa sebagai salah satu murid terpintar.
Garis horizon cakrawala tampaknya mulai terlihat, sang mentari juga mulai menerangi pagi ini dengan cahaya cerahnya, saatnya Fadhli beraktivitas seperti biasanya yaitu kuliah. Pagi ini Fadhli akan observasi langsung ke lapangan. Maklum lah, itu salah satu persyaratan untuk memenuhi tugasnya membuat makalah. Fadhli mengambil tema Pengaruh antara Akhlak dan Fisik bagi Wanita, ia mengambil tema itu karna melihat realita yang ada bahwa sekarang ini banyak banget wanita yang melihat cowok itu hanya dari fisiknya doang, bukan dari akhlaknya. (“Arrhh, gak usah panjang lebar, mending sekarang kita simak yuk, kelanjutan kisahnya!” Cerocos si Penulis)
“Misi mbak, maaf mengganggu. Gini mbak, hmm saya lagi observasi ke lapangan ni mengenai makalah yang ingin saya buat nantinya. Boleh gak saya Tanya-tanya bentar sama mbak?” Kata Fadhli
“Hmm, boleh si mas, tapi kalo boleh tau, tentang apa ya?” Tanya salah satu target sasaran
“Saya mau meneliti seberapa besar sih pengaruh akhlak ataupun fisik cowok buat wanita seperti mbak?” Kata Fadhli
“Oh, itu toh.” Jawabnya
“Menurut mbak gimana?” Tanya Fadhli
“Kalo saya ya jelas lah mas, fisik itu lebih banyak persentasenya dari akhlak karna saya sendiri selalu mencari cowok tu yang keren dan yang pastinya tajir dong.” Kata mbak tersebut
“Astaghfirullah, ternyata cewek jaman sekarang tu begini ya?” Tanyanya dalam hati
“Ohh, begitu ya mbak, lantas apakah mbak gak masalah apabila cowok mbak itu gak mempunyai akhlak yang baik?” Tanya Fadhli
“Enggak, selama dia bisa memenuhi apa yang saya minta dan dia bisa membuat saya bahagia, kenapa mesti ada akhlak.” Kata mbak tersebut
“Hmm, oke deh, thank’s ya mbak atas jawabannya.” Kata Fadhli sambil dalam hati menyebut
“Ia mas.” Jawab mbak tersebut
“Astaghfirullah ya Allah, ternyata cewek jaman sekarang tu gak ada yang bener pikirannya. Selalu memikirkan fisik dan kekayaan.” Cerocosnya sambil berjalan mencari target baru
Fadhli terus berjalan dan berjalan mencari target baru ternyata jawaban yang ia dapat masih sama kayak target pertama. Mungkin karna mereka belum menutupi auratnya kali ya. Ia pun berjalan mencari target yang memakai Jilbab dengan mode jaman sekarang. Tenyata ketemu dengan kumpulan cewek-cewek yang menjadi target dia tadi.
“Misi mbak, maaf kalo saya mengganggu. Gini mbak, hmm saya lagi observasi ke lapangan ni mengenai makalah yang ingin saya buat nantinya. Boleh gak saya Tanya-tanya bentar sama mbak?” Kata Fadhli
“Hmm, boleh si mas, tapi kalo boleh tau, tentang apa ya?” Tanya salah satu target sasaran
“Saya mau meneliti seberapa besar sih pengaruh akhlak ataupun fisik cowok buat wanita seperti mbak-mbak ini ?” Kata Fadhli
“Oh, itu toh.” Jawabnya
“Menurut mbak gimana?” Tanya Fadhli
“Kalo saya melihat cowok jaman sekarang tu dari akhlak dan juga fisiknya. Akhlaknya sih gapapa yang sedang-sedang aja asalkan dia keren dan tajir. Gitu sih mas.” Kata mbak tersebut
“Ia, sama.” Sambung temannya
“Oh, gitu ya. Makasih ya mbak atas jawabannya.” Kata Fadhli sambil melemparkan senyuman
“Iy mas.” Kata mbak-mbak tersebut dengan kembali membalas senyuman
“Huuhh, udah 40 cewek yang aku tanyak, pasti sama. Ada sih yang sedikit berbeda tapi ya ujung-ujungnya sama jugak, matrek.” Cerocosnya
Fadhli pun break sejenak untuk mencari target baru. Ia mesti merancang strategi baru buat besok. Ia pun memutuskan untuk pulang dan beristirahat.
Di kos-kosannya yang super-duper sempit itu, ia memikirkan tentang akhlak cewek-cewek jaman sekarang. Ternyata akhlak mereka mungkin udah rusak. Hanya memikirkan harta, harta dan harta. Kalo menurut ia, harta itu kan bisa di cari dan harta itu juga gampang hilang. Tak selamanya menjadi milik kita.
Fadhli melupakan semua yang terjadi hari ini dan memutuskan untuk tidur pulas dengan tilam yang seadanya itu.
Keruyukan ayam telah memecahkan mimpinya menjadi realita hidup yang sebenarnya. Pagi ini ia kembali kuliah dan selesai kuliah, ia akan kembali mengobservasi ke lapangan.
Fadhli bergegas untuk mandi dan pergi ke halte menunggu metromini lewat. Pagi ini mungkin bukan hari keberuntungan Fadhli, masalahnya, ia harus berdiri di dalam metromini itu lantaran penumpang yang super padat di dalam metromini tersebut. Namun, ada hikmah di balik kepadatan penumpang tersebut. Tepat di samping ia berdiri, ada dua cewek, anak kuliahan juga kelihatannya. Fadhli pun kesempatan ni buat nanyak. Tapi lagi-lagi pertanyaan yang sama itu di jawab pula dengan jawaban yang sama. Ya gitu deh, mereka menjawab kalo melihat cowok itu dari dua-duanya, fisik dan akhlak. Fisiknya harus tampan, keren dan harus baik serta kaya pastinya.(“ Huhh, Alhamdulillah matrek ya, hhehehe.” Cerocos si Penulis)
“Bang-bang, berenti di simpang ya bang.” Kata Fadhli
“Ia mas.” Kata supir metromini
Fadhli keluar dari metromini tersebut dan berjalan ke arah kampusnya
“Aduhh, capek ya hari ini. Baru pagi gini, udah ngos-ngosan aja. Hmm, ke kantin bentar deh, sekalian tanyak-tanyak lagi.” Kata Fadhli sambil tersenyum sendiri
“Buk, nasi goreng sama teh botol satu ya.” Kata Fadhli dengan Ibu Kantin
“Sip, mas.” Jawab Ibu Kantin
“Wes, Fadh. kenapa ni, kok kayaknya ngos-ngosan gitu?” Tanya Ridho teman Fadhli
“Ia ni, tadi aku mesti berdiri sepanjang perjalanan mau ke kampus di dalam metromini. Lebih-lebih lagi ni Dho, udah hamper kurang lebih ratusan cewek yang aku tanyak, pasti jawabannya itu-itu aja.” Kata Fadhli
“Ni buk uangnya. Makasih ya buk.” Kata Fadhli pada Ibu Kantin sambil melemparkan senyuman
“Sama-sama mas.” Ibu Kantin menjawab dengan membalas senyuman Fadhli
“Kau si Fadh, ngambil tema makalah kok itu. Udah tau ini tu Kota Bandung gitu. Enggak seperti Kota kita, ya walaupun di sana banyak sih kayak gini jugak tapi masih banyak jugak cewek-cewek yang akhlaknya masih bagus.” Jelas Ridho
“Ya aku pengen tau aja seberapa besar sih persentase mereka antara akhlak dan Fisik. Ternyata Fisik itu lebih banyak tau gak. Lebih-lebih mereka hanya memikirkan egonya aja. Dasar cewek matrek.” Kata Fadhli dengan muka kesal
“Wes, santai mas. Yaudah yok, kita masuk ruangan.” Kata Ridho sambil berjalan menuju ruangan bersama Fadhli

Waktu terus berputar sehingga tak terasa saatnya jadwal jam kuliahan hari ini habis. Mereka mencari tempat tongkrongan dan akhirnya jatuhlah di Brown Café. Letaknya kurang lebih 1 kilometer dengan kampus mereka.
“Gimana ni hari ini Fadh? Apa kau mau ngelanjuti penelitianmu di Lapangan?” Kata Ridho
“Wes, ia dong. Kita itu harus tetap bersemangat. Aku yakin masih ada yang lebih baik ya walaupun mungkin cuma 20% kali ya.” Kata Fadhli
“Gitu dong kawan, ini ni sifat yang pantang menyerahmu yang buat aku sekarang gak bermalas-malasan lagi saat bekerja.” Kata Ridho
“Ahaha, ah biasa aja lagi.” Jawab Fadhli cengar-cengir gak jelas
“Hari ini karna aku lagi libur kerja, jadi aku bakalan ngawani kau ke mana aja deh.” Kata Ridho
“Wah, serius Dho? Thank’s ya.” Kata Fadhli
“Yo’i.” kata Ridho sok gaul
“Ah, kau sok gaul.” Sambung Fadhli
“Ahaha, emang aku gaul. Secara gitu gue yang paling top di kampus ini.” Kata Ridho dengan gayanya yang sok keren itu
“Apa? Gak salah dengar ni, yang ada tu, kau yang paling jelek di kampus ini.” Sambung Fadhli
“Alah, mas, sesama orang jelek gak boleh saling mengejek. Ahaha..” Kata Ridho
“Yok, cabut.” Kata Fadhli
“Oke deh.” Jawab Ridho
Hari ini mereka mau keliling-keliling mengitari jalan Wage Rudolf Supratman. Siapa tau aja di sana mereka bisa menemukan yang mereka cari untuk jadi sasaran tanya-tanya.
“Wah, fadh, ini ni sepertinya jawabannya bagus.” Kata Ridho
“Ia, semoga ya.” Kata Fadhli sambil berjalan menuju sasaran
“Assalamu’alaikum mbak, maaf mengganggu sebentar. Apakah mbak bersedia untuk kami tanya-tanya?” Kata Fadhli
“wa’alaikumsalam. Ya, tapi kalo boleh tau untuk apa ya mas?” Tanya mbak tersebut
“Gini loh mbak, kami mengadakan penelitian tentang seberapa besar persentase cewek-cewek antara Akhlak dan Fisik. Jadi kalo menurut mbak, jika mbak melihat cowok itu, dari mananya ya mbak? Akhlak or fisik?” Kata Fadhli
“Oh, kalo saya melihat cowok itu dari akhlaknya mas, tak penting fisiknya. Harus memilih sesuai akhlak karna cowok itu kan nantinya bakalan menjadi seorang imam keluarga jadi mesti memiliki akhlak yang bagus untuk bisa membina keluarganya.” Kata mbak tersebut
“Subhanallah, jawabannya super sekali.” Kata Ridho
“Terima kasih.” Kata mbak tersebut
“Terima kasih ya mbak atas jawabannya. Kalo begitu kami pamit.” Kata Fadhli
“Assalamu’alaikum.” Kata Fadhli dan Ridho serentak
“Wa’alaikumsalam.” Jawab mbak tersebut
“Apa aku bilang.” Kata Ridho
“Iya deh.” Jawab Fadhli
“Sekarang kita ke mana fadh?” Kata Ridho
“Ke Lapangan Supratman yok.” Ajak Fadhli
“Ayok, siapa tau ada sasaran.” Sambung Ridho
“Bener-bener, yok kita capcus..” cerocos Fadhli
Fadhli dan Ridho pergi menuju Lapangan Supratman untuk santai sejenak. Roda dan mesin kereta butut Ridho itu akhirnya membawa mereka sampai juga di tempat tujuan. Jangan sepele ya dengan kereta bututnya, gini-gini keretanya udah sampai ke mana-mana loh. J
“Akhirnya. Eh, belik minuman yok Fadh?”
“Ayok.”
Setelah membeli minuman, mereka pun ngadem sebentar di lapangan itu. Tapi memang rezeki gak ke mana ya, lagi duduk-duduk santai, mereka pun melihat ada sekumpulan akhwat-akhwat yang lagi nyantai juga di Lapangan itu.
“Fadh, ada sasaran tu. Yok samperin?” kata Ridho
“Tapi aku segan lah.” Katanya
“Udah jangan pake segan-segan. Kau mau siap tugas atau enggak? Pilih yang mana?” Kata Ridho
Akhirnya mereka berjalan menuju akhwat-akhwat itu.
“Assalamu’alaikum mbak. Maaf kalo mengganggu. Nama saya Fadhli dan Ini teman saya Ridho.” Kata Fadhli
“Assalamu’alaikum.” Sapa Ridho
“Wa’alaikumsalam.” Jawab mereka
“Gini loh mbak, kami mengadakan penelitian tentang seberapa besar persentase cewek-cewek antara Akhlak dan Fisik. Jadi kalo menurut mbak, jika mbak melihat cowok ini dari mananya ya mbak? Akhlak or fisik?” Kata Fadhli
“Kalo saya melihat seorang pria itu, jelas dari akhlaknya. Karna bagaimana pun akhlak itu yang menentukan segalanya.” Kata mbak Dina
“Lanjut dengan saya ya mas. Kalo saya juga sama seperti Dina. Saya melihat akhlaknya bukan fisiknya. Kan bukan fisik yang menentukan sesorang masuk syurga?” sambung Sita
“Karna jawabannya sama jadi saya tak perlu menjelaskan lagi ya mas. Nah saya tambahi sedikit, kalo bisa pilih yang ikhwan juga.” Kata mbak Cika
“Subhanallah, terima kasih ya mbak. Jawaban dari mbak-mbak ini akhirnya yang telah menyelesaikan tugas saya. Sekali lagi terima kasih ya mbak.” Kata Fadhli dengan member senyuman
“Ya, sama-sama. Jangan berterima kasih pada kami. Terima kasih lah sama Allah. Kami hanya perantara saja yang di kirimkan Allah buat menjawab tugas dari mas.” Jelas mbak Dina
“Kalo begitu kami pamit dulu ya mbak. Assalamu’alaikum.” Kata Fadhli
“Assalamu’alaikum.” Sambung Ridho
“Wa’alaikumsalam.” Jawab mereka serentak
Mereka pun akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Sebelumnya tak lupa Ridho mengantarkan Fadhli ke kosannya.
“Makasih ya Dho atas semuanya dan makasih udah ngantar aku pulang.” Kata Fadhli
“Santai bro, ia sama-sama. kalo kayak gitu aku pamit ya bro.Assalamu’alaikum.” kata Ridho sambil bergaya kayak ustad gitu
“Akhirnya selesai jugak. Dapat disimpulkan bahwa 80% cewek melihat cowok dari fisik dan hanya 20% cewek yang melihat seorang cowok dari akhlaknya. Astaghfirullah.” Kata Fadhli di depan laptopnya
“Subhanallah sekali mbak Dina itu ya, selain cantik dia juga sholeh. Upps, apaan sih. Jangan berpikir yang enggak-enggak Fadh. Tapi kalo jodoh kan gak ke mana.” Kata Fadhli sambil menyadarkan dirinya dari lamunan sesaat.

Tapi memang benar kali ya apa yang di bilang Fadhli dari lamunannya sesaat itu. Tiga minggu yang akan datang, setelah ia mengumpulkan makalahnya dan berhasil mendapat nilai A+, dia jadi sering bertemu dengan mbak Dina itu. Tanpa di duga ternyata Dina itu merupakan mahasiswi di kampus yang sama dengan Fadhli. Bedanya sih dia mahasiswi di Fakultas Farmasi dan Fadhli di Fakultas Teknik Elektro. Wah..wah..wah.., inilah kuasa Allah. Saat itu Fadhli hanya bisa menyerahkan semuanya sama Allah. Toh waktu yang nantinya akan menjawab semuanya.


0 komentar:

Posting Komentar