Sabtu, 27 Juli 2019

Sepucuk Surat untuk Sahabatku



Perpisahan itu akan selalu ada, karena kita pernah berjumpa, bersama, dalam canda tawa dan bahagia. Setiap tetes air mata yang tertumpah di hari ini, akan menjadi saksi atas jalinan ukhuwah yang selama ini kita simpul seerat-eratnya.

Tak ada kata yang pantas terucap sahabat…
Hanya derai bening yang selalu bertaburan, mengucap selamat jalan, silahkan lanjutkan perjuanganmu ke arah yang lain, di tempat yang baru, yang akan menjadi jarak pertemuan kita.

Hari ini, jiwa dan naluri kita kembali terluka atas perpisahan raga. Namun percayalah sahabat…
Hati kita akan selalu terikat. Jalinan ukhuwahnya akan semakin erat, semakin jauh ragamu melangkah, semakin hatimu mendekat.

Tidak usah terlalu bersedih, sahabat…
Berbahagialah, karena engkau akan menemukan suasana yang baru, bukan di sini lagi, tapi di sana. Cukuplah setiap kenangan yang telah kita tanam, akan menjadi kenangan yang tumbuh subur, menyemaikan benih-benih cita di antara kita. Karena kita tak harus di sini, kita tak harus selalu bersama, kita harus melanjutkan langkah ini, mungkin ke tempat yang lain, yang siap untuk kita tapaki.

Perkuat langkahmu sahabat…
Yakinkan diri dan hatimu, hari esok pasti lebih cerah, hari esok adalah harapan yang harus diraih. Pandang senyumannya yang lebar, tatap wajahnya yang ceria, hari esok adalah bahagia. Yakinlah sahabat, cinta dan cita kita selalu bersatu. Kita akan bersatu selamanya, dalam cahaya persahabatan ini.

Sahabat…
Segala rindu yang akan muncul, segala nafas yang akan berhembus, segala harapan yang akan kita raih, segala langkah yang akan kita ayunkan, yakinlah di sana ada sukses. Di sana ada keberkahan, dan di sana pasti ada cinta.

Sahabat…
Biarkan aliran airmata ini jatuh sesukanya, biarkan dia mengalir, mengucap kata seindah-indahnya. Biarkan dia, karena air mata tak berarti sedih, air mata tak berarti duka, air mata adalah juga lambang bahagianya hati. Biarkan dia menemani kita di hari ini. Biarkan…
Karena dia memang hadir untuk ini, untuk sebuah perpisahan.

Sahabat…
Selamat melanjutkan langkahmu, selamat berjumpa lagi di tangga kesuksesan, dalam senyum yang lebih indah.

Kamis, 03 Mei 2018

Hanya Allah




Kali ini saya ingin menulis sesuatu yang beda, terinspirasi oleh perasaan seseorang yang langka di mata saya, langka karena diusianya yang baru seperempat abad dia mampu melepaskan manis dan nikmatnya dunia, langka karena akhirat menjadi tujuannya di mana teman-teman seusianya sedang sibuk pacaran, cari calon suami, dan yang ia lakukan adalah mengesampingkan cinta seorang jejaka karena Allah, langka tapi nyata. J
I have to leave him for the sake of Allah, begitu katanya, bukan karena tidak mencintai sang jejaka, atau menolak kehadiran cinta yang begitu indah di hati tapi semata mata karena sang gadis takut cintanya kepada Allah terganggu hingga memberi ruang kepada cinta selain Allah.
Kemudian  teringat ucapan teman saya yang lain “Sin, aku  mau mencintai perempuan yang solehah yang bisa mendekatkanku kepada Allah” jujur saya tidak setuju dengan pernyataan ini, karena buat saya mendekat kepada Allah itu hak kita yang paling utama, persoalan apakah kemudian kita akan diberi pasangan yang soleh atau tidak itu mutlak hak Allah, karena jika kita sudah memperolah cinta Allah maka pastilah Allah akan menitipkan kita pada kekasihnya yang lain, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan sebaliknya, itu janji Allah dan Allah tidak pernah ingkar janji.
Jadi jangan dibalik seperti teman saya, cari perempuan dulu untuk mendekati Allah makanya gak dapat-dapat dan mau sampai kapan begitu? perempuan gak dapat, Allah pun semakin jauh, yang benar adalah cari Allah dulu, dan jikapun cinta seseorang itu hadir, tanyakan lagi dan pulangkan  kepada Allah untuk mengukur apakah cinta Allah yang didahulukan atau sebaliknya, jangan takut kehilangan.
Seperti pepatah yang pernah saya baca berbunyi “Semakin Zulaika mengejar cinta nabi Yusuf, maka Allah semakin menjauhkannya dengan nabi Yusuf As. Demikian sebaliknya, semakin Zulaika mengejar cinta Allah, maka Allah pula yang semakin mendekatkannya kepada nabi Yusuf As.
Pastinya kamu bertanya-tanya, “namamukah yang tertulis di lauh mahfuz sana sebagai jodohku?” belum tentu, “engkaukah yang akan menemaniku di titian jalan menuju syurga? dirimukah yang akan melengkapkan separuh dari agamaku?” jawaban dari pertanyaan ini ada pada ALLAH, bukan dihati kita atau hati orang tersebut. Dan jika dia tercipta bukan untuk kita, haruskah kita marah kepada Allah, tentu tidak jika luka kita kembalikan kepada pemilik cinta, dariNYA cinta berasal dan kembali pada-Nya.
Apakah ketampanan atau kecantikan yang Allah berikan menghias wajahnya ini diciptakan Allah untuk seseorang?”  tolong jawab!! Dan bisa dipastikan dia takkan pernah dapat memberi jawaban “apakah seseorang tercipta untuk kita” karena jawabannya bukan di tangan seseorang, tetapi di tangan Allah.
Tahukah dia, hati kita gelisah memikirkan dia, takut kehilangannya, terbayang betapa beratnya ketika dia tiada, menjalani hari hari tanpa sms darinya, melewati waktu tanpa mendengar suaranya, tak ada lagi gelak tawa canda dan nasehat yang kerap hadir di perbincangan di malam nan syahdu, tak ada lagi yang akan menanyakan apakah kita sehat hari ini, sudah makankah kita, sudah bayar zakat, sudah shalat tepat pada waktunya bahkan menjadi alarm kita mengingatkan untuk tahajud. 
Namun ketakutan ini mengalahkan ketakutan kita kepada Allah, kita takut Dia murka karena kita menikmati yang bukan hak kita, takut murka Allah karena jantung kita yang berdegup kencang telah kita isi dengan bayangan dia yang bagai hantu mengikuti kita kemanapun kita pergi ada dia dihati kita, padahal detak jantung ini titipan Allah yang harus kita pertanggungjawabkan.
Jadi jangan sampai ketakutan  kita pada Allah melebihi kegelisahan kita memikirkan dia. Biarkan saja kita menyendiri terlebih dahulu, bersabar menunggu titipan dari Allah untuk kita. Menunggu sembari kita juga memperbaiki diri kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Rabu, 07 Maret 2018

For Them

When the heart begins to shake, try to recall your big targets. You have a target and a goal to make both your parents proud and happy. Yes, that's all you first pursue and you try. Imagine how many sacrifices they have given for you. From the time you were a child until you were an adult, you were breastfeeding until you were as independent as you are today. Although all your efforts and hard work will never be enough to pay and replace everything your parents have given you, at least you have tried to make both your parents proud and happy. For now just save and throw away your race. If it is time he will come by himself. The problem is who and how, leave it to the substance that gives that flavor, to Allah SWT. Be proud and make your parents proud first. While making them proud, you can also learn to be a better person of course. Eliminating the stubborn nature of your head, the nature of your work, your childish nature, you have much to change. For that, first lock your heart and start thinking to realize all your targets and dreams. Keep spirit and fighting. (Sorry if there is wrong writing because I still practice writing in English :))

Selasa, 01 November 2016

Miniatur Sebuah Negara Demokrasi bagi Mahasiswa USU


Pemilihan umum raya (PEMIRA) adalah sebuah pesta demokrasi yang diadakan di kalangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Pemilihan raya (PEMIRA) mahasiswa untuk memilih presiden dan wakil presiden di masing-masing jurusan dan fakultas di Universitas Sumatera Utara. Momen ini merupakan awal dari pendidikan politik sejak dini bagi mahasiswa dan pesta demokrasi di kampus yang menjadi tempat mengaktualisasikan diri dan potensi yang dimiliki.

Dari tahun ke tahun PEMIRA akan selalu di tunggu oleh seluruh mahasiswa yang merindukan figur seorang pemimpin,namun tidak hanya figur seorang pemimpin melainkan keberanian untuk membuktikan, melakukan, merubah semua hal-hal yang diinginkan oleh mahasiswa USU dengan kata lain harus berani mengaplikasikan seluruh aspirasi mahasiswa yang menjurus kepada kemajuan Institusi ini sendiri.

Sebelum diadakannya PEMIRA, biasanya masing-masing calon presiden dan wakil presiden melakukan kegiatan kampanye. Lalu diadakan debat capres dan cawapres dari panitia penyelenggara (KPU). Setelah masing-masing calon melakukan debat ide-ide visi dan misi akan ada masa tenang, yang merupakan keadaan dimana tidak di perbolehkan melakukan kampanye antara tanggal berakhirnya masa kampanye sampai tanggal pemungutan suara. Semua kegiatan itu merupakan pembelajaran atau praktek langsung dalam berpolitik di dalam kampus, yang secara tidak langsung dapat mejadi bekal pembelajaran politik di luar kampus.

Masa kampanye baik lisan maupun tulisan di Universitas Sumatera Utara merupakan kampanye calon presiden dan wakil presiden untuk meyakinkan para pemilih ialah mahasiswa dengan menawarkan visi, misi, dan programnya. Kampanye yang dilakukan tim sukses masing-masing calon presiden dan wakil presiden di masing-masing jurusan dan fakultan di harapkan dapat dilaksanakan dengan tertib dan damai oleh para panitia pemira.

Satu agenda yang identik dengan PEMIRA adalah “debat kandidat”, sebelum diadakanya pemilihan, panitia PEMIRA mengadakan debat capres dan cawapres. Itu merupakan ajang puluhan bahkan ratusan mahasiswa menyaksikan visi misi, tujuan mereka disana, janji-janji dan beberapa statment yang menjelaskan dengan gaya persuasif bahwa mereka yang terbaik. Para pemilih yang fanatik adalah masalah besar yang terjadi hingga saat ini baik tingkat nasional maupun kampus. Orang jawa akan milih orang jawa, orang Sumatra akan pemilih orang Sumatra, dsb. Begitu juga di dalam kampus mahasiswa yang berada misalkan di partai A akan memilik candidat dari partai A pula. Para pemilih tidak akan memilih calon dari kualitas mereka dalam memimpin, tetapi lebih kepada sekampung atau tidak, se fakultas tidak, dia teman kita tidak, dst. Efek yang ditimbulkan adalah pragmatisme, nepotisme, dan tentu saja terpilihnya pemimpin yang tidak bisa memimpin. Popularitas menjadi modal utama, bukan lagi kemampuan dalam hal memimpin.

Kandidat yang mengikuti PEMIRA mahasiswa mendapat banyak pelajaran berharga selama kegiatan tersebut berlangsung. Masa kampanye hingga pemilihan yang harus dilalui setelahnya pun merupakan miniatur setiap warna-warni kegiatan dalam pesta demokrasi. Setiap momen baik yang diwarnai dengan saling menunjukan kemampuan pribadi hingga saling mencari kesalaha rival merupakan awal dari proses pendewasaan diri dalam berpolitik.

Tim sukses kandidat pun mendapat pelajaran berharga dari pesta demokrasi mahasiswa tersebut. Kemampuan menjual dan meyakinkan objek kampanye terhadap kandidat yang didukung menjadi poin penting pendewasaan berpolitik. Positive Campaig atau kampanye yang menunjukkan kemampuan kandidat sendiri tanpa menjatuhkan kandidat lawan menjadi kampanye yang selalu dinantikan dalam PEMIRA. Proses berkampanye secara sehat yang selalu dituntut ini akan menguji kematangan seseorang dalam berpolitik sejak di kampus. PEMIRA sebagai pesta demokrasi pun dapat menjadi pembelajaran bagi setiap mahasiswa dalam sebuah kampus. Seorang mahasiswa yang tidak menjadi kandidat maupun tim sukses seorang kandidat akan belajar menentukkan kandidat mana yang dipilih. Dasar pemilihan ini yang perlu dijadikan parameter kedewasaan seseorang berpolitik. Setiap mahasiswa diajak untuk berpikir objektif dan rasional dalam memilih kandidat yang lebih kompeten.

Pembelajaran politik pun akan dialami oleh mahasiswa yang telah memiliki jabatan struktural di lembaga sebagai pelaksana, pengawas ataupun lembaga independen selama PEMIRA berlangsung. Komite bentukan selama PEMIRA seperti Komite Pengawasan, Panitia Pelaksana maupun lembaga legislatif sebagai fasilitator pelaksanaan PEMIRA dituntut untuk profesional dalam melaksanakan tugasnya. Profesionalisme kinerja komite bentukan ini penting dalam menentukan kualitas hasil dari PEMIRA tersebut.

Pendidikan politik sejak dini bagi mahasiswa dapat didapat sebanyak-banyaknya dari PEMIRA. Bukan hanya sebagai momen suksesi bagi lembaga kemahasiswaan di sebuah kampus saja, PEMIRA juga menjadi kegiatan pembuktian tegaknya demokrasi mahasiswa. Optimalisasi masing-masing peran dalam PEMIRA dapat menjadi pemicu terwujudnya good student governance di kampus Universitas Sumatera Utara.

Dalam mencari dan memilih figur seorang pemimpin yang di cari, mahasiswa harus bersikap kritis,cerdas,aspiratif,dan memiliki kemauan untuk ikut membangun institusi ini, tidak hanya menyumbangkan suara saja, sebagai seorang mahasiswa yang memiliki intlektualitas yang tinggi tentu saja dapat dan mampu membedakan bagaimana calon pemimpin yang baik dan yang tidak baik, untuk itu marilah bersiap untuk menyambut pemimpin baru yang dapat mengaspirasikan semua aspirasi mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

            Sekali lagi yang mesti diingat adalah kita siap untuk dipimpin oleh seseorang memiliki kemampuan dan integritas tinggi terhadap kemajuan institusi ini khususnya di bidang kemahasiswaan serta mampu mewujudkan semua aspirasi mahasiswa USU.


#latepost

Di Batas Waktu


Jannatul Fadhilah, nama yang sangat indah. Tidak kalah indah dengan sikap dan tutur katanya. Biasa disapa dengan sebutan Jannah. Dia adalah wanita yang cerdas, lucu, cantik dan agak sedikit pendiam. Yang paling penting bukan hanya cantik fisiknya, namun hatinya juga begitu. Selain pendiam ternyata gadis ini juga menyimpan perasaan yang susah untuk ditebak semua orang. (warbiasa kan? J)
Dengan hijabnya yang menjuntai sampai dada, Jannah berjalan memasuki ruang kelas. Jam pertama hari ini adalah pelajaran Matematika, pelajaran yang ia fovoritekan. Ya, Jannah adalah gadis yang senang sekali berkutat dengan rumus-rumus matematika. Tak hanya itu, ia juga senang bergelut di bidang menulis. Menurutnya, matematika adalah hidupnya dan menulis adalah jiwanya. Dengan kesukaannya itu, tak heran kalau ia pernah menjuarai test smart I dan II se-kotanya, juara I lomba lingkungan hidup serta pernah menjadi finalis menulis karya tulis ilmiah nasional mengenai TNGL. Ia juga selalu juara kelas. Tidak hanya itu, bermacam penghargaan dan lomba piala sudah banyak terpajang indah di ruang tamu rumahnya. Jannah cerdas kan?
“Assalamu’alaikum. Bu Tina belum masuk kan? Aku hampir aja telat, gerbangnya bentar lagi ditutup.”
“Wa’alaikumsalam. Belum Jan. Cie, kemarin ada cerita apa? Kok aku kelewatan berita ya?” Namanya Putri, biasa dipanggil uput atau ukhti Putri, teman karib Jannah.
“Emang cerita apaan Uput?” Seketika muka Jannah berubah jadi heran.
“Yaelah Jan, gak usah tercengang gitu sih. Itu loh, kemarin kata Ayu, saat break istirahat sebelum les kimia, tetiba kak Fabian ngajak kamu sholat ya? Dan siapa yang ngimamin? Diakah?” Tanya Uput penasaran.
 “Kak Fabian, ah kamu jangan gosip deh Uput. Cerita sebenarnya tu gini, kemarin aku duduk di luar kelas sembari nunggu adzan berkumandang. Nah saat kebetulan lewat kak Fabian, lalu  dia ngeliat aku sendirian, makanya  dia ngajak aku untuk sholat.” Jannah berusaha menjelaskan ke Uput
Pembicaraan mereke seketika terputus. Baru saja Uput mau melanjutkan pembicaraan, saat itu pula Bu Tina masuk ke kelas dan memulai pelajaran.
 “Jannah, dapat salam tu dari kak Fabian. Tadi aku dipanggil, dia bilang kamu gak respon smsnya kenapa?” Tanya Uput kepo
 “Jannah, aku heran deh samamu. Kamu mau laki-laki yang seperti apa sih? Apalagi yang kurang dari kakak itu? Dia baik, ngajinya bagus, agamanya bagus, dan pintar pula.”
“Uput sayang, bukan masalah seperti apa laki-laki yang aku mau, tapi bagaimana cara mereka mendapatkan aku. Lagi pula aku di sini ingin belajar, bukan cari pacar. Ya, saat itu Uput semakin heran dibuatnya.
“Baiklah, nanti aku sampaikan salam dan maaf darimu.”
Layaknya mawar yang sedang mekar-mekarnya, warnanya yang indah, dan durinya yang tajam, disukai banyak orang yang melihatnya namun enggan menyentuh karena takut tertusuk durinya. Dirinya sangat terjaga dan selalu menjaga pandangan.
Pagi itu semburat senja begitu elok. Enggan beranjak dari singgasananya. Sang surya cantik menerangi kota itu dengan memancarkan cahayanya di langit yang cerah. Sama cerahnya seperti muka Jannah pada pagi hari ini. Ia begitu bersemangat menjalankan aktivitas hari ini.
“Masya Allah, cerah amat tu muka.” Kata uput ngeledek Jannah.
“Apaan si Uput. Iya dong cerah, lah hari ini ka nada mata pelajaran yang ku suka, Bahasa Indonesia.” Kata Jannah dengan bersemangat.
“Jan, aku mau bilanglah sama Jannah tapi janji ya gak boleh marah.” Kata Uput mengulurkan tangannya.
“Iya, aku janji.” Kata Jannah.
“Gini, buku bahasa inggris yang dipinjam dari perpus, hilang entah ke mana lah Jan. Aku udah coba cari seantero rumahku, namun tak kunjung nemu tu buku.” Kata Uput dengan muka sedih.
“Ya Allah, jadi gimana ni Uput? Mana bentar lagi naik-naik kelas dan buku itu kan harus kita pulangkan ke perpus.” Mood Jannah sontak berubah kala mendengarkan perkataan dari Uput.
“Yaudah gini, entar sepulang sekolah kita coba cari ke pasar buku loak ya.” Kata Uput.
“Oh, iya. Ide bagus tu.” Sambung Jannah.
Sepulang sekolah mereka langsung pergi ke pasar buku loak namun al hasil belum rezeki, bukunya gak ketemu.
“Sudahlah Jan, lusa kita ke perpustakaan ya. Kita omongin aja baik-baik sama ibu penjaga perpus.”
“Baiklah Uput.” Muka Jannah langsung murung
Sangkin pusingnya memikirkan buku, Jannah sampai memposting status di facebook. Postingan itu tentu saja membuat banyak orang mengomennya, Dan tak ketinggalan kak Fabian, dia sampai-sampai sms Jannah saat itu juga. Walau dia tau pesan yang sebelumnya belum ada dibalas oleh Jannah.

Tiit…tiiit…tiit…tiitt

Assalamu’alakum Jannah. Maaf kalo sebelumnya kakak mengganggu, ada apa Jannah? Ya siapa tau kakak bisa bantu.

Jannah masih menahan diri untuk gak balas sms darinya. Tapi di sisi lain ini sangatlah penting. Lagian selagi gak macam-macam gak masalah. Bismillah…

Jannah
Wa’alaikumsalam, ia kak, kebetulan buku bahasa inggris yang dipinjamkan dari perpus hilang. Udah di cari di pasar buku loak tapi al-hasil gak ada.

Tiit…tiiit…tiit…tiitt

Cover bukunya sama persis kayak yang Jannah upload ya? Insya Allah akan coba kakak cari nanti.

Jannah
Iya kak, gak usah repot-repot kak. Gak apa-apa kok. Makasih sebelumnya ya kak.

Tak ada lagi balasan dari Fabian. Saat itu Jannah mengira bahwa Fabian hanya bercanda dan ingin mencari perhatiannya. Namun tidak sama sekali, dia memang telah membuktikan kesungguhannya untuk membantu Jannah. Buku itu akhirnya ada dan Fabianlah yang telah menemukannya di toko buku milik sahabatnya. Buku bahasa inggris itu masih baru dan masih terbungkus rapi oleh plastik bening.

Tiit…tiiit…tiit…tiitt

Assalamu’alaikum Jannah, Alhamdulillah kakak udah ketemu bukunya. Besok Insya Allah kakak antar ke rumah ya.

Jannah langsung tercengang dan heran membaca sms itu. Senyum pun timbul pada raut wajahnya dengan malu-malu. Serasa ada hangat menyelusup dada dan  membuat jantung berdegup lebih cepat. Otaknya pun sekejap bertanya, “Ada apa? Sungguh, bukan apa-apa. Iya mencoba berhusnuzon. Namun di sisi lain hatinya mulai tergoyahkan dengan kesungguhan Fabian membantunya.

“Ya Allah, ada apa dengan hatiku ini? Apa aku juga merasakan hal yang sama? Apa aku juga menyukai sosok kakak kelasku itu? Haish, jangan sampai ya Allah.” Katanya dalam hati.
Hatinya mulai tergoyahkan dengan bujuk rayu syaitan. Karena saat itu hati Jannah tak tenang, ia memutuskan untuk curhat dengan ibunya.
“Buk, di sekolah Jannah, ada teman Jannah yang suka sama Jannah. Kak Fabian namanya. Emang sih dia itu orangnya masya Allah banget bu. Selain suaranya yang bagus saat jadi imam, dia juga bela-belain cari buku bahasa inggris pengganti buku bahasa inggris punya perpus itu buk. Jadi aku harus gimana buk?” Tanya Jannah
“Subhanallah, anak ibu sekarang udah ada yang nyukai. Lalu Jannah suka sama dia?” Ledek ibu pada Jannah.
“Ah, ibu ini bisa aja. Gak ada loh bu. Ibu, serius deh.” Keliatan sekali bibirnya manyun 5 cm, hehe.
“Kembalilah ingat niat awalmu, kalo emang kamu sudah berhijrah, maka kamu harus komitmen dengan hijrahmu. Sampaikan saja dengan baik-baik dan bahasa yang sopan kalo kamu gak bisa nerima dia. Untuk saat ini mau fokus ke akademik. Toh jika suatu saat berjodoh, pasti akan dipertemukan juga sama Allah.” Jelas Ibu ke Jannah dengan lembut.
“Iya ya buk. Oke deh, Ibu itu emang is the best banget deh pokoknya. Makasih ya bu.”
Keesokan harinya tepat di hari Sabtu sore, terdengar suara klakson sepeda motor di depan rumahnya. Ketika di lihat, ya, benar, ternyata itu adalah Fabian, kakak kelasnya. Saat itu Jannah memutuskan untuk tidak keluar dari rumah, ia menyuruh Ibunya yang mengambil buku tersebut dari Fabian. Serta menitipkan sebuah buku untuk diberikan ke Fabian.
“Assalamu’alaikum bu maaf, apa benar ini rumah Jannah?” Tanyanya pada Ibuku
“Wa’alaikumsalam, benar nak. Yuk silahkan masuk dulu.” Kata Ibu Jannah
“Gak usah bu, gak usah repot-repot. Kebetulan saya ada urusan lagi di sekolah, jadi saya langsung balik aja ya bu. Sampaikan saja pada Jannah, ini buku bahasa inggris yang dia cari.
“Baiklah, terima kasih ya nak Fabian sebelumnya. Oh, iya tadi Jannah nitip buku ini untuk kamu.” Kata Ibu Jannah
“Oh, iya bu, makasih juga sampaikan sama Jannah ya bu. Kalo gitu saya pamit ya Bu. Assalamu’alaikum.” Kata Fabian
“Iya, hati-hati ya. Wa’alaikumsalam warohmatullah.” Kata Ibu
            Sebelumnya Jannah tidak membalas pesan dari Fabian. Maka dari itu, Jannah memberikan sebuah buku yang di dalam buku tersebut terselip surat dari Jannah. Ia juga berharap dengan adanya buku itu, Fabian dapat mengerti dan memahami maksud dari Jannah.

Maaf tidak menerimamu. Aku sudah berkomitmen kepada Tuhanku. Biarkan aku hijrah, pindah dari masa gelap menuju masa yang aku injak saat ini. Aku lebih mencintai Tuhanku. Bersabarlah bila kau memang ingin menungguku. Sembari menungguku, masing-masing dari kita teruslah memperbaiki diri dan menengadah pada-Nya. Persiapkan dirimu, lalu datang temui Ayahku.

Deg, mata selalu mengulang untaian kalimat itu, kalimat penutup dari buku “Bersemi Pada Waktunya”. Terus diulang, entah apa yang dipikirkan. Perlahan Fabian mulai melipat sampul belakang. Hanya membutuhkan waktu dua jam tiga puluh menit untuk melahap habis buku itu. Membolak-balik lembaran dengan keadaan hati yang berkecamuk. Biarkan Fabian yang menerjemahkan sendiri apa maksud dari Jannah.
Usai membaca surat tersebut Fabian mengirim pesan ke Jannah

Tiit…tiiit…tiit…tiitt

Assalamu’alaikum Jannah. Maaf mengganggu malammu. Baiklah kalo memang itu keputusanmu. Aku akan berusaha tapi aku punya satu pertanyaan untukmu. Jika suatu saat aku telah memenuhi apa yang kamu tentukan, apakah kamu bersedia menerimaku?

Deg, Jannah sontak terdiam sejenak sembari memikirkan jawaban yang singkat namun juga padat dan tepat untuk dikirim ke Fabian.

Jannah
Insya Allah akan Jannah pertimbangkan kak…

Kini tibalah saatnya kelulusan kelas. Fabian yang saat itu berada di kelas 3 SMA, otomatis akan melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi Negeri yang ia pilih. Sementara Jannah memasuki kelas 3 SMA. Inilah akhir pertemuan mereka. Fabian pun memutuskan untuk mengambil studi ke kota Yogyakarta. Fabian memilih Yogyakarta karena merupakan kota pelajar dan kota buku. Dia berharap dengan nantinya menyibukkan diri dengan akademik dan organisasinya, akan mampu melupakan Jannah.
Fabian memulai lembaran baru dalam hidupnya. Kini ia memantaskan dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi sesuai apa yang diminta Jannah. Ia yakin dan percaya bahwa suatu saat kelak Allah pasti akan mempertemukanya kembali dengan Jannah.

“Jannah, nantikanku di batas waktu.” Suara hati kecil Fabian.