Sabtu, 03 Agustus 2013

Hanya Sebatas Ranking

“Aku deg-degkan melihat hasilnya.” Itulah yang selalu keluar dari mulut Andi hingga hari ini. Bagaimana tidak, hari ini kan hari pembagian raport, mungkin kalian juga merasakan apa yang Andi rasakan saat ini. Tapi dari dulu memang Andi tak mempermasalahkan soal ranking, baginya yang penting nilai tetap naik. Lagian jika dibandingkan dengan beberapa teman sekelasnya yang lain, ia pasti kalah jauh, walaupun dahulu sewaktu masih duduk di bangku kelas II SMA, ia selalu masuk 10 besar. Andi pun hanya pasrah kepada yang Maha Kuasa. Jika dapat, alhamdulillah dan jika tidak ya mungkin masih belum rezeki, itulah yang ia pikirkan saat itu. Ia mencoba santai dan tak mengambil pusing semuanya. Sambil menunggu jarum panjang mengarah tepat jam 09.00 WIB, ia pun menenangkan dirinya dengan membaca novel tentang persahabatan yang berjudul 5 cm dan tak terasa waktu sudah menunjukkan tepat jam 09.00 WIB, saatnya pergi ke sekolah dengan kakak tercinta. (Upps, kok bawa-bawa kakak ya? Ada apa gerangan?). Ternyata di surat undangan dari sekolah tersebut, tercantum bahwasannya murid-murid harus membawa walinya.
Sampailah Andi bersama dengan kakaknya di depan kelas. Tak lama setelah mereka sampai, wali kelas IPA 1 pun masuk. Andi bersama dengan temannya melihat dan menunggu hasilnya dari luar kelas sambil menggosip bareng teman-temannya. Ahaha :)
Buk Tika membagi raportnya menurut absen dan ia tak menyebutkan ranking 1-10 karena semuanya udah ada di dalam raport tersebut. Semua raport telah dibagikan, mereka pun melihat hasilnya.

“Alhamdulillah ya Allah.” Hati kecil Andi bicara. Namun begitu setengah hatinya ia merasa masih tak percaya dengan semua ini.
“Ranking berapa Ndi?” Tanya Aldo dan Dika
“Alhamdulillah ranking 6.” Jawab Andi dengan muka biasa aja
“Ranking berapa Ndi? Sambung Septy dan Rian
“Alhamdulillah ranking 6.” Jawabnya kembali
Wah, mulai dari pembagian raport itu tampaknya suhu hari itu berbeda dengan suhu pada hari-hari sebelumnya. Tampak mulai terjadi kesirikan dan rasa tak suka terhadap Andi lantaran penyebabnya adalah ranking. Bagaimana mereka tak sirik dengan Andi, wong mereka rankingnya turun dan malah Andi yang rankingnya naik dengan pesat. Dari situ lah mulai terjadi kerenggangan diantara kelompok “weet-weet”. Sebelumnya mereka selalu akrab dan selalu bersama sampai terbentuklah keluarga weet-weet. Namun sekarang tampaknya sudah berbeda. Septy, Pia, Putri, Aldo, Citra, Rian dan hampir separuh dari kelas IPA 1 gak mau cakapan dengan Andi.
Saat itu Andi tak tau ingin berbuat apa. Ia tak tau mengapa semuanya terjadi. Usai memfoto copy raport, Andi pun langsung pulang dan setelah itu langsung masuk ke kamar
“Ya Allah, apa yang terjadi hari ini? Mengapa mereka seperti itu? Apakah persahabatan kita hanya sebatas ranking?” Kata Andi
“Tadinya aku berpikir, persahabatan kita ini bisa seperti kisah di novel 5 cm, namun ternyata enggak sama sekali. Ternyata kalian masih tetap mengandalkan ego kalian. Jika aku boleh memilih, aku gak mau ada di posisi ini. Ambil, ambillah untuk kalian. Aku hanya mau persahabatan kita tu gak hanya sampai di sini. Aku juga gak tau apa-apa loh tentang semua ini tapi jika memang itu yang kalian inginkan, oke, fine. Gak masalah buatku. Cukup tau aja dengan semua ini.”  Kata hatinya sontak terhenti sampai di sini saja
Mulai dari kejadian itu, hari-hari berikutnya Andi mulai sering menyendiri dan galau sendiri di rumah bahkan sampai liburan semester sekolah usai pun, Andi tetap seperti itu. Gak seperti biasanya, ia selalu lasak dan selalu berkaca di depan cermin kelas, ada aja tingkahnya. Namun saat ini berbeda 180oC.
Selalu di olok-olok dan disindir oleh sahabatnya di kelas. Rasanya juga aneh gak cakapan dengan teman yang duduknya bersebelahan dengan ia. Tapi masih ada juga teman yang mau berteman dengannya. Dengan begitu Andi tak sering melamun dan kesepian lagi. Andi menjadi dekat dengan Wulan, Indri, Hendrik, Dino, dan Andre.
Di minggu siang, Andi bersama dengan kelima temannya itu, mengadakan kerja kelompok di rumah Wulan.
“Apa lagi ni Ndi yang mau kita kerjakan?” Tanya Indri
“Ini ada contohnya di buku Ind.” Kata Andi
“Udah ku buat ni Ndi tujuan sama manfaatnya.” Kata Dino
“Oh, bagus wee. Biar nanti langsung di ketik ke power point.” Kata Andi
“Lan, ni tolong lanjuti buat susunan acara sama kepanitiaannya ya ?” kata Andi
“Oh, ok Ndi.”
“Aku ngerjai apa ni Ind?” Tanya Andre
“kalo nggak kau buat rancangan anggarannya aja Ndre, tinggal itu yang belom.”
“Sip bos, ahaha.” Andre ketawa tanpa sebab :)
“Wee, udah jam 2 ni, makan dulu yok!” Kata Wulan kepada Indri, Andre, Andi, dan Dino.
“Ok Lan.” Jawab Andre dengan sigap (memang si Andre kalo urusan makan, pasti nomer satu, hiihii.. maaf ya ndre :))
“Oia, jadikan nanti ke gramed ngawani Indri beli buku?” tanya Andre
“Jadi dong.” Jawab Wulan
“Waw banget ya.” Sambung Dino
“Ia, masalah buat loe.” Cerocos Andre
“Ahahaha..” mereka tertawa terbahak-bahak
Selesai makan, mereka beres-beres dan duduk sejenak hingga akhirnya go to gramed.
Memang ada aja yang mau di beli. Udah sampai di gramed, eh...malah si Andre ngajak nonton. Namun kali ini mungkin bukan rezeki Andre kali ya soalnya film yang ingin mereka tonton udah full. Yang sabar ya Ndre :).
“Wee, kami ke hypermart dulu ya?” kata Indri dan Wulan
“Mau ngapain?” Tanya Dino
“Adalah..., rahasia dong.” Kata Wulan
“Oh, aku tau, pasti klen mau beli tempat bontot kan?” Kata Andi
“Hhehe, ia.” Indri dan Wulan tersenyum
“Wah, kebetulan kami juga dari tadi berniat seperti itu.”
“Kok bisa sehati kayak gini ya.” Kata Andre
“Hanya kebetulan wee.” Sambung Wulan
“Waw banget ya.” Cerocos Dino
Hari ini mereka memang sangat lasak. Ada waktu senggang untuk dapat beristirahat di rumah sebelum nantinya menjalankan aktivitas yang padat, eh malah kelayapan ntah ke mana. Akhirnya salah satu dari mereka yaitu si Wulan jatuh sakit dan hari Seninnya mau gak mau ya gak bisa sekolah.
“Eh, semalam ada yang sakit pulang dari kelayapan.” Kata Andi ngeledek Wulan
“:(...” Wulan hanya dapat cemberut
“Ahaha.” Mereka mentertawakan Wulan
Saat itu, Andi mulai ngerasa nyaman berada diantara Dino, Andre, Wulan, dan Indri. Ia sepertinya telah melupakan kejadian masa lalu dan telah menemukan sahabat yang memang benar-benar layak dipanggil sahabat. Selalu sama dan tunggu-tungguan bahkan untuk makan sekalipun. Sungguh luar biasa kebersamaannya walau diantara mereka ada yang berbeda agama, namun mereka tetap menjalin hubungan silaturahmi itu dengan baik.
“Aku tak melupakan kalian dan aku sudah memaafkan kalian. Jika kalian kembali ingin berteman dengan ku, aku akan menerimanya dengan suka cita, namun jika tidak juga tak masalah bagiku karena aku telah menemukan sahabat yang lebih baik dari kalian.” Lagi-lagi hati kecilnya berkata seperti itu sambil tersenyum haru melihat mereka.

Bersambung…

Akankah, group weet-weet dapat saling memaafkan dan atmosfer di IPA 1 menjadi lebih kompak lagi tanpa memandang ranking?
Tunggu aja kelanjutan ceritanya sesaat lagi (hhehe.. seperti sinetron ya :D)
Jadi, tetap stay tune di shindy-smallfairy.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar