Sabtu, 05 November 2011

Indah Pada Waktunya

Siang itu cuaca memang sangat cerah tetapi tak secerah hati seorang siswi SMA yang bersekolah di salah satu sekolah negeri di daerahnya . Gadis itu bernama Mira. Ia sedang duduk merenung di bawah pohon yang berada tak jauh dari sekolahnya. Tiba-tiba terdengar suara orang yang mengejutkannya dari belakang.
“Hay, kau sendirian?” Kata Dea sambil memukul pundak Mira dari belakang.
“Lho, muka Mira kok sedih gitu dan kenapa tadi gak masuk sekolah?” Tanya Rina.
“Aku malu, aku udah tiga bulan nunggak biaya sekolah, kalian tau sendiri kan aku tak seperti kalian!” jawab Mira dengan mata berkaca-kaca.
“Kau gak boleh ngomong gitu lah Mir, kalo kau punya masalah cerita lah sama kami. Siapa tau kami bisa bantu. Kita kan sahabat, jadi apa gunanya sahabat kalo gak bisa membantu sahabatnya di saat dirinya lagi ada masalah?” Cerocos Wulan panjang-lebar.
“Adikku sakit-sakitan, aku gak tau harus nyari uang dari mana buat biaya berobat adikku.” Katanya sambil mengeluarkan air mata.
“Mira butuh uang berapa? Kami akan bantu Mira, asal Mira jangan sedih lagi.” Kata Rani
“Gak, kalian gak perlu lakukan itu, aku bisa usaha sendiri!!” Kata Mira.
Mira pun lari dan segera pergi meninggalkan sahabat-sahabatnya.
“Aku kasian kali lah liat dia. Dia harus cari uang sendiri buat biaya sekolah dan biaya berobat adiknya.” Kata Dea.
“Oh..Tuhan, kenapa Kau berikan cobaan begitu berat buat sahabatku?” Kata Rina mengadu pada-Nya.
“Ia, hidupnya sekarang sebatang kara semenjak ibu dan bapaknya meninggal.” Sambung Wulan.
“Kita harus bertekad untuk membantu Mira. Ayo, bulatkan tekad kita!!!” Kata Rina.
“Yeah..”Suara serentak mereka terdengar seantero jalan raya.
Mereka pun menghentikan percakapan sampai di situ dan akhirnya pulang ke rumah masing-masing.
Di sebuah gubuk kecil dan kumuh, tampak Desi yang sedang sakit menunggu kakaknya. Bibirnya terlihat pucat dan dadanya juga sakit karena akibat dari batuk yang ia derita.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara orang mengucapkan salam dari balik pintu
“Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam.” Jawab Des
“Gimana keadaannya Des?” Tanya Mira
“Aku udah gak apa-apa kok kak.” Jawab Desi sambil terbatuk-batuk
“Kamu tunggu di sini sebentar ya? Kakak mau cari uang buat beli makanan untuk kita, kamu istirahat aja dan jangan kemana-mana ya?” Pesan Mira
Mira pun pergi meninggalkan adiknya sendirian di rumah demi mencari sesuap nasi untuk mereka.
“Aku memang gak berguna, bisanya cuma nyusahi kak Mira aja! Aku gak boleh berdiam diri kayak gini. Aku juga harus bantu kakak cari uang.” Katanya dalam hati.
Tanpa berfikir panjang, Desi pun pergi dari rumah dan berniat ingin mengemis di pinggir jalan. Tetapi, pada saat itu juga Dea, Wulan dan Rina melihatnya dan mereka terkejut melihat Desi adiknya Mira sedang di jalanan meminta-minta dan mereka pun mendatangi Desi.
“Desi kan lagi sakit, kenapa Desi lakukan ini?” Kata Wulan
“Gak apa-apa kak, aku berbuat kayak gini karna aku gak mau nyusahi kak Mira terus.” Jawab Desi dengan muka murung
“Tapi Desi gak boleh kayak gini, ingat Desi tu lagi sakit. Desi harus menjaga kesehatan Desi.” Kata Dea
“Iya kak makasih ya? Tapi kakak janji ya sama Desi jangan bilang ke kak Mira kalo aku ngemis di jalan, aku gak mau kak Mira marah sama aku.” Kata Desi
“Yaudah, kakak semua janji deh. Sekarang kita pulang yuk, Desi harus istirahat di rumah.” Kata Rina
Mereka pun membawa Desi pulang ke rumah. Sedangkan Mira tetap saja berusaha mencari pekerjaan untuk membiayai sekolah dan obat adiknya. Tapi usahanya sia-sia, dia terlihat sangat lelah dan duduk di pinggir jalan. Tiba-tiba ada seorang anak yang memakai seragam sekolah rapi menghampirinya
“Kamu kok duduk sendirian di sini, kamu kenapa? Oh ya, kenali nama aku Nisa.” Katanya sambil menguluran tangan kepada Mira
“Aku gak apa-apa. Nama aku Mira, senang bertemu dengan kamu.” Jawab Mira masih dalam keadaan murung.
“Iya sama-sama. Sepertinya kamu punya masalah, cerita dong sama aku.” Kata Nina
“Hmm, ia aku memang punya masalah. Adikku sakit-sakitan, aku gak tau mau ngebiayain obatnya pake apa.” Katanya sambil mengeluarkan air mata
“Emangnya orang tuamu gak tau keadaan adik kamu?” Tanya Nisa
“Orang tuaku…” (terdiam)
“Eh, maaf ya, aku gak ada maksud apa-apa.” Kata Nisa
“iya, gak apa-apa kok.”
Tiba-tiba saat itu juga terdengar suara bapak-bapak yang sedang memanggil anaknya. Tenyata itu adalah papanya Nisa. Dengan terburu-buru ia pun pergi menghampiri papanya. Sebelmnya ia sempat berkata pada Mira bahwa semoga suatu saat nanti mereka bisa bertemu lagi dan Nisa juga memberikan sedikit uang untuk biaya beli obat adik Mira.
Desi yang pada saat itu masih merasa harus mencari uang, ia tak perduli dengan keadaannya yang masih sakit. Ia kembali ingin mengemis di pinggir jalan. Tapi di perjalanan, karena hari pada saat itu sangat panas dia pun tak berdaya dan jatuh pingsan. Tiba-tiba ada seorang laki-laki bersama anaknya melihat Desi dan mereka menolong Desi kemudian membawa Desi pulang ke rumah Desi.
“Kamu tinggal sendirian di sini?” Tanya Pak Firman.
“Enggak, saya tinggal bersama kakak saya.” Jawab Desi.
“Di mana kakak kamu sekarang?” Tanya Pak Firman.
“Saya juga gak tau kenapa sampai sekarang ini kakak saya belum pulang juga.” Jawab Desi.
Mira yang sedang di perjalanan menuju ke rumahnya bertemu dengan tiga orang sahabatnya. Wulan, Rina dan Dea pun sempat menasehati Mira mengenai keadaannya sekarang. Mungkin saat ini Mira sangat lelah sampai-sampai mukanya begitu pucat. Saat itu juga mereka memberikan Mira minum dan mereka mengantarkan Mira pulang.
Sesampainya di depan rumahnya, Mira sempat kaget kenapa ada mobil di depan rumahnya. Ia khawatir terjadi sesuatu dengan adiknya. Ia pun segera berlari masuk ke rumah.
“Assalamu’alaikum, Desi kamu kenapa? Lho, Nisa?” Mira pun begitu kaget dengan nafasnya yang masih ngos-ngosan
“Lho, jadi kakak udah kenal sama kak Nisa. Tau gak kak, kak Nisa dan Om Firman tu baik banget dan mereka ingin mengajak kita tinggal bersama mereka.” Kata Desi begitu gembiranya.
“Kamu mau kan Mira tinggal dengan aku?” Tanya Nisa
“Ia, mulai sekarang Mira gak usah mikiri uang sekolah dan biaya obat Desi lagi, om akan biayai semuanya. Asal Mira dan Desi mau tinggal bersama kami.” Kata Pak Firman
“Makasih ya Om, makasih ya Nisa.” Katanya kepada Nisa dan papanya dengan penuh haru.
“Sekarang kalian jangan sedih lagi lah.” Kata Rina.
“Iya…kebahagiaan itu pasti akan datang.” Cerocos Dea.
“Semua manusia pasti pernah mendapatkan cobaan dari Allah SWT, dan Allah menurunkan cobaan itu sama kita karna Allah yakin kita mampu melewati semuanya. Intinya dalam ngejalani cobaan itu, kita harus bersabar dan jangan menyerah.” Ceramah Wulan seperti gaya Mama Dede yang lagi ngejawab umatnya curhat.
Suasana pada saat itu pun penuh haru bercampur kebahagiaan. Memang benar apa kata buku yang pernah si penulis baca sesudah ada kesulitan pasti ada kemudahan dan kita patut bersakit-sakit dahulu sebelum akhirnya bersenang-senang kemudian. Jadi intinya semua akan Indah Pada Waktunya. :)


0 komentar:

Posting Komentar