Jumat, 01 November 2013

The Relationship Between Mathematics and Vertical line

           Basic concepts of mathematics, calculus, basic programming, and introduction to the theory of chance, if all 4 courses that are connected, it's the same concept of the relationship between us and God.
Basic concepts of mathematics, for example, here we learn the basics of math, initially anyway and is still easily get into calculus, than we have to know the basic theories and the reality of what is happening in our lives. 
Although in this calculus, there is little emotion as the theory of the all complicated, but we are required to be patient and continue to further discussion but, if you have a discussion just do not understand, then it will be difficult for you to go into further discussion, and ultimately what happened? yes you certainly would have lost.
Then to basic programming, here we create a program or purpose in life for present and future better. Where this area can sometimes be an error due to the influence of software or software outside. And again we are required to bear the shock of a device that can make all the programs were destroyed and error. If the area you are able to be patient and not give up any challenges and obstacles, the program that you have designed, will go well.
And the last, opportunity theory introduction, in this area, you must prove that you were able to be the best, both in this world and in the hereafter. Due to the existence of proof is still up to you to know where you've done. Is only 40%, or 60%, or has reached the highest level, which is 100%?

Ask your little heart! 

If your relationship with God and with our fellow human beings has reached 100%, then rest assured that the odds are you can to heaven for  at 100% anyway.

Minggu, 13 Oktober 2013

Sekolah dan Guru Terbaik Bagi Sang Pemimpin

    Namaku Shindi Wulandari. Aku dilahirkan sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dan memiliki seorang ayah pekerja kantoran yang sibuk serta ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sekarang aku duduk di bangku kuliah semester pertama Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Sumatera Utara. Ada sebuah kisah menarik yang terlintas dipikiranku ketika diajak berbagi kisah kehidupan bersama seorang ibu. Diusiaku yang sudah menginjak 19 tahun, aku mempunyai segudang kisah hidup dididik oleh seorang ibu yang luar biasa karena ibuku selalu ada di rumah menemani aku, abangku, dan adikku dari dulu hingga sekarang. 
            Sejak kecil, ibu adalah orang yang paling dekat bersamaku. Tak jarang, ibu itu seperti lembah curhatan masalah pribadiku yang terkadang menambah masalah baru baginya. Sebagai anak yang baru mengerti “dunia”, hal itu kuanggap hal yang biasa karena sebagai ibu memang sudah seharusnya menerima masalah apapun dari seorang anak. Hingga akhirnya aku berhasil  menyelesaikan pendidikan dasarku di SD Negeri 1 No. 020267 Binjai, Sumatera Utara dengan pujian yang luar biasa dari guru. Pujian ini bukan karena aku selalu datang cepat ke sekolah tapi karena prestasi di sekolah yang membanggakan.
            Pendidikan pun berlanjut ke SMP Negeri 2 Binjai dan berhasil pula menamatkan pendidikan hingga SMA Negeri 2 Binjai. Prestasi itu ternyata bukan sebuah kebetulan, tapi terus tergores dari tinta-tinta pikiranku. Ada beberapa kebanggaan yang kunikmati sejak kecil, yaitu selalu mendapatkan peringkat 10 besar di sekolah dan yang paling berkesan adalah ketika menyabet juara 3 mata pelajaran fisika se-Kota Binjai. Masih banyak lagi prestasi yang kudapat namun dua hal tersebut yang sangat berkesan bagiku. Tapi apa hubungannya dengan Ibu ?
            Aku akan menjawabnya dengan cerita nyata dari perjalanan hidupku. Pada suatu hari, aku mengikuti upacara bendera. Saat itu, kepala sekolahku menyampaikan pidato dan aku mengingatnya bahwa pemimpin itu tidak akan pernah terlahir dari rahim seorang wanita begitu saja melainkan terbentuk dari sebuah proses yang panjang. Awalnya aku tak peduli apa yang diucapkannya, namun dengan berjalannya waktu seraya mengikuti berbagai pelatihan dan seminar dari sekolah dan lembaga pemerintahan di Kota Binjai aku mulai sadar bahwa kepemimpinan itu benar-benar tidak bisa diwariskan. Kepemimpinan itu timbul dengan sebuah proses panjang. Pantas saja ibuku selalu berusaha memasukkan aku ke sekolah yang hebat agar aku juga bisa ikut menjadi orang hebat kelak.
Kita flashback ceritanya. Di masa pendidikan sekolah, aku sangat berharap masuk di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 1 Binjai setelah lulus SD Negeri 1 No. 020267 Binjai. Maklum saja, kedua sekolah tersebut terkenal bagus di Kota Binjai. Namun, ketika aku merasa ujian sekolah itu bisa “dibeli” dan aku tidak lulus di sekolah tersebut, aku menemukan sebuah fakta yang menghibur hatiku bahwa sekolah unggul tak selamanya bisa menciptakan anak-anak yang unggul. Aku sadar bahwa sekolah unggul hanyalah sebuah lembaga yang menampung banyak anak-anak unggul. Tanpa mereka, lembaga pendidikan itu sama saja seperti lembaga pendidikan yang lain. Satu hal lagi yang aku temukan bahwa anak-anak yang unggul tidak tercipta dari sebuah sekolah yang unggul melainkan di sebuah tempat yang seribu kali lebih baik dari sekolah unggul dan banyak pemimpin yang telah mengubah dunia terlahir disana dan aku menyebutnya rumah dengan guru terbaiknya adalah ibuku.
Mengapa rumah dan ibu ? Karena rumah menjadi sekolah pertama bagi anak. Selama ini aku merasa bahwa ibuku adalah guru terbaik yang mengajarkanku betapa indahnya kasih sayang dan beliaulah yang mendirikan sekolah pertama bagiku dan kedua saudara kandungku. Aku bangga dengan ibuku karena tidak dapat kubayangkan bila saja semasa kecil aku dititipkan pada pembantu atau tempat penitipan anak. Bukan hal yang aneh di Kotaku jika anak dititipkan ke perawat atau pembantu karena alasan kerja atau hanya ingin melepaskan keletihan. Memang banyak pembantu yang baik tetapi menurutku masih banyak pula pembantu di Indonesia yang memiliki pendidikan rendah. Bila saja dalam sehari 10 jam dan dilakukan selama 5 hari saja dalam seminggu aku bersama pembantu, maka aku tidak tau bagaimana contoh kehidupan yang patut aku teladani. Mungkin sebuah pepatah akan menguatkan argumenku, yaitu anak yang dilahirkan selalu dalam keadaan suci dan orangtua lah yang menjadikan anak mereka kufur ataupun durhaka. Ini berarti bahwa peran orang tua terutama ibu bagiku sebagai orang terdekat disepanjang hari di rumah adalah sosok pendidik yang sangat penting. Di rumahku yang sederhana pula aku diajarkan bagaimana cara hidup jujur dan sederhana. Ya, sebuah rumah yang mengajarkanku rasa percaya diri yang kuat serta cinta terhadap ilmu pengetahuan. Sejak usiaku empat tahun saja, ibuku selalu menceritakan kisah perjuangan nabi dan rasul sebelum aku tidur. Beliau menceritakan kisah kepemimpinan yang hebat dari sang nabi dan rasul yang mampu menuntun para pengikutnya kepada kebenaran. Beliau juga mengajarkan pentingnya memelihara kejujuran dan kepedulian terhadap sesama. Beliau menguatkanku ketika aku takut ditinggalkan sendiri di TK hingga akhirnya dapat bergaul dengan baik dengan teman-teman kecilku. Dan kekuatan itulah yang kurasa memberi efek bagi rentetan prestasi yang kuraih dan keberanianku untuk bernyanyi pertama kali di acara ulang tahun teman kecilku yang bernama Aria Mardiani Syahfitri. Aku tidak merisaukan kegagalanku masuk di sekolah negeri yang unggul di mata masyarakat karena di sana tidak menjanjikan pendidikan karakter, akhlak, dan moral. Aku merasa bahwa ibu dan rumahku sudah cukup untuk mengajariku bagaimana menjalani kehidupan dan aku yakin akan menjadi pemimpin masa depan karena telah dididik oleh guru terbaik dan di sekolah terbaik pula.

#LombaBlogNUB




Sabtu, 03 Agustus 2013

Hanya Sebatas Ranking

“Aku deg-degkan melihat hasilnya.” Itulah yang selalu keluar dari mulut Andi hingga hari ini. Bagaimana tidak, hari ini kan hari pembagian raport, mungkin kalian juga merasakan apa yang Andi rasakan saat ini. Tapi dari dulu memang Andi tak mempermasalahkan soal ranking, baginya yang penting nilai tetap naik. Lagian jika dibandingkan dengan beberapa teman sekelasnya yang lain, ia pasti kalah jauh, walaupun dahulu sewaktu masih duduk di bangku kelas II SMA, ia selalu masuk 10 besar. Andi pun hanya pasrah kepada yang Maha Kuasa. Jika dapat, alhamdulillah dan jika tidak ya mungkin masih belum rezeki, itulah yang ia pikirkan saat itu. Ia mencoba santai dan tak mengambil pusing semuanya. Sambil menunggu jarum panjang mengarah tepat jam 09.00 WIB, ia pun menenangkan dirinya dengan membaca novel tentang persahabatan yang berjudul 5 cm dan tak terasa waktu sudah menunjukkan tepat jam 09.00 WIB, saatnya pergi ke sekolah dengan kakak tercinta. (Upps, kok bawa-bawa kakak ya? Ada apa gerangan?). Ternyata di surat undangan dari sekolah tersebut, tercantum bahwasannya murid-murid harus membawa walinya.
Sampailah Andi bersama dengan kakaknya di depan kelas. Tak lama setelah mereka sampai, wali kelas IPA 1 pun masuk. Andi bersama dengan temannya melihat dan menunggu hasilnya dari luar kelas sambil menggosip bareng teman-temannya. Ahaha :)
Buk Tika membagi raportnya menurut absen dan ia tak menyebutkan ranking 1-10 karena semuanya udah ada di dalam raport tersebut. Semua raport telah dibagikan, mereka pun melihat hasilnya.

“Alhamdulillah ya Allah.” Hati kecil Andi bicara. Namun begitu setengah hatinya ia merasa masih tak percaya dengan semua ini.
“Ranking berapa Ndi?” Tanya Aldo dan Dika
“Alhamdulillah ranking 6.” Jawab Andi dengan muka biasa aja
“Ranking berapa Ndi? Sambung Septy dan Rian
“Alhamdulillah ranking 6.” Jawabnya kembali
Wah, mulai dari pembagian raport itu tampaknya suhu hari itu berbeda dengan suhu pada hari-hari sebelumnya. Tampak mulai terjadi kesirikan dan rasa tak suka terhadap Andi lantaran penyebabnya adalah ranking. Bagaimana mereka tak sirik dengan Andi, wong mereka rankingnya turun dan malah Andi yang rankingnya naik dengan pesat. Dari situ lah mulai terjadi kerenggangan diantara kelompok “weet-weet”. Sebelumnya mereka selalu akrab dan selalu bersama sampai terbentuklah keluarga weet-weet. Namun sekarang tampaknya sudah berbeda. Septy, Pia, Putri, Aldo, Citra, Rian dan hampir separuh dari kelas IPA 1 gak mau cakapan dengan Andi.
Saat itu Andi tak tau ingin berbuat apa. Ia tak tau mengapa semuanya terjadi. Usai memfoto copy raport, Andi pun langsung pulang dan setelah itu langsung masuk ke kamar
“Ya Allah, apa yang terjadi hari ini? Mengapa mereka seperti itu? Apakah persahabatan kita hanya sebatas ranking?” Kata Andi
“Tadinya aku berpikir, persahabatan kita ini bisa seperti kisah di novel 5 cm, namun ternyata enggak sama sekali. Ternyata kalian masih tetap mengandalkan ego kalian. Jika aku boleh memilih, aku gak mau ada di posisi ini. Ambil, ambillah untuk kalian. Aku hanya mau persahabatan kita tu gak hanya sampai di sini. Aku juga gak tau apa-apa loh tentang semua ini tapi jika memang itu yang kalian inginkan, oke, fine. Gak masalah buatku. Cukup tau aja dengan semua ini.”  Kata hatinya sontak terhenti sampai di sini saja
Mulai dari kejadian itu, hari-hari berikutnya Andi mulai sering menyendiri dan galau sendiri di rumah bahkan sampai liburan semester sekolah usai pun, Andi tetap seperti itu. Gak seperti biasanya, ia selalu lasak dan selalu berkaca di depan cermin kelas, ada aja tingkahnya. Namun saat ini berbeda 180oC.
Selalu di olok-olok dan disindir oleh sahabatnya di kelas. Rasanya juga aneh gak cakapan dengan teman yang duduknya bersebelahan dengan ia. Tapi masih ada juga teman yang mau berteman dengannya. Dengan begitu Andi tak sering melamun dan kesepian lagi. Andi menjadi dekat dengan Wulan, Indri, Hendrik, Dino, dan Andre.
Di minggu siang, Andi bersama dengan kelima temannya itu, mengadakan kerja kelompok di rumah Wulan.
“Apa lagi ni Ndi yang mau kita kerjakan?” Tanya Indri
“Ini ada contohnya di buku Ind.” Kata Andi
“Udah ku buat ni Ndi tujuan sama manfaatnya.” Kata Dino
“Oh, bagus wee. Biar nanti langsung di ketik ke power point.” Kata Andi
“Lan, ni tolong lanjuti buat susunan acara sama kepanitiaannya ya ?” kata Andi
“Oh, ok Ndi.”
“Aku ngerjai apa ni Ind?” Tanya Andre
“kalo nggak kau buat rancangan anggarannya aja Ndre, tinggal itu yang belom.”
“Sip bos, ahaha.” Andre ketawa tanpa sebab :)
“Wee, udah jam 2 ni, makan dulu yok!” Kata Wulan kepada Indri, Andre, Andi, dan Dino.
“Ok Lan.” Jawab Andre dengan sigap (memang si Andre kalo urusan makan, pasti nomer satu, hiihii.. maaf ya ndre :))
“Oia, jadikan nanti ke gramed ngawani Indri beli buku?” tanya Andre
“Jadi dong.” Jawab Wulan
“Waw banget ya.” Sambung Dino
“Ia, masalah buat loe.” Cerocos Andre
“Ahahaha..” mereka tertawa terbahak-bahak
Selesai makan, mereka beres-beres dan duduk sejenak hingga akhirnya go to gramed.
Memang ada aja yang mau di beli. Udah sampai di gramed, eh...malah si Andre ngajak nonton. Namun kali ini mungkin bukan rezeki Andre kali ya soalnya film yang ingin mereka tonton udah full. Yang sabar ya Ndre :).
“Wee, kami ke hypermart dulu ya?” kata Indri dan Wulan
“Mau ngapain?” Tanya Dino
“Adalah..., rahasia dong.” Kata Wulan
“Oh, aku tau, pasti klen mau beli tempat bontot kan?” Kata Andi
“Hhehe, ia.” Indri dan Wulan tersenyum
“Wah, kebetulan kami juga dari tadi berniat seperti itu.”
“Kok bisa sehati kayak gini ya.” Kata Andre
“Hanya kebetulan wee.” Sambung Wulan
“Waw banget ya.” Cerocos Dino
Hari ini mereka memang sangat lasak. Ada waktu senggang untuk dapat beristirahat di rumah sebelum nantinya menjalankan aktivitas yang padat, eh malah kelayapan ntah ke mana. Akhirnya salah satu dari mereka yaitu si Wulan jatuh sakit dan hari Seninnya mau gak mau ya gak bisa sekolah.
“Eh, semalam ada yang sakit pulang dari kelayapan.” Kata Andi ngeledek Wulan
“:(...” Wulan hanya dapat cemberut
“Ahaha.” Mereka mentertawakan Wulan
Saat itu, Andi mulai ngerasa nyaman berada diantara Dino, Andre, Wulan, dan Indri. Ia sepertinya telah melupakan kejadian masa lalu dan telah menemukan sahabat yang memang benar-benar layak dipanggil sahabat. Selalu sama dan tunggu-tungguan bahkan untuk makan sekalipun. Sungguh luar biasa kebersamaannya walau diantara mereka ada yang berbeda agama, namun mereka tetap menjalin hubungan silaturahmi itu dengan baik.
“Aku tak melupakan kalian dan aku sudah memaafkan kalian. Jika kalian kembali ingin berteman dengan ku, aku akan menerimanya dengan suka cita, namun jika tidak juga tak masalah bagiku karena aku telah menemukan sahabat yang lebih baik dari kalian.” Lagi-lagi hati kecilnya berkata seperti itu sambil tersenyum haru melihat mereka.

Bersambung…

Akankah, group weet-weet dapat saling memaafkan dan atmosfer di IPA 1 menjadi lebih kompak lagi tanpa memandang ranking?
Tunggu aja kelanjutan ceritanya sesaat lagi (hhehe.. seperti sinetron ya :D)
Jadi, tetap stay tune di shindy-smallfairy.blogspot.com

Jumat, 02 Agustus 2013

Sambil Menyelam Minum Air


Fadhli Kusuma atau yang biasa dikenal dengan panggilan Fadhli ini merupakan salah satu mahasiswa di Universitas ternama yang ada di Pulau Jawa. Ia merupakan anak bungsu dari pasangan Ibu Kartika dan Pak Joko. Ia dibesarkan oleh keluarga yang sederhana. Bapaknya adalah seorang Petani dan ibunya hanya seorang Ibu Rumah Tangga. Namun begitu, Fadhli tak pernah malu akan pekerjaan orang tuanya itu. Ia malah membantu bapaknya jika ia pulang ke kampung halamannya yaitu di Provinsi Sumatera Utara.
Sejak kecil, Fadhli memang sudah hidup mandiri, bayangkan saja, ketika ia masih duduk di bangku SMP, ia berjualan pisang goreng di kelasnya. Ya lumayan lah keuntungan yang didapat, bisa dipakainya untuk membayar uang sekolah. Sekarang saja Fadhli bisa kuliah karna berkat kegigihan dan kerja kerasnya. Ia memang murid yang pintar, maka dari itu, dia sekarang tak perlu lagi membayar uang kuliah persemesternya karna ia berhasil meraih beasiswa sebagai salah satu murid terpintar.
Garis horizon cakrawala tampaknya mulai terlihat, sang mentari juga mulai menerangi pagi ini dengan cahaya cerahnya, saatnya Fadhli beraktivitas seperti biasanya yaitu kuliah. Pagi ini Fadhli akan observasi langsung ke lapangan. Maklum lah, itu salah satu persyaratan untuk memenuhi tugasnya membuat makalah. Fadhli mengambil tema Pengaruh antara Akhlak dan Fisik bagi Wanita, ia mengambil tema itu karna melihat realita yang ada bahwa sekarang ini banyak banget wanita yang melihat cowok itu hanya dari fisiknya doang, bukan dari akhlaknya. (“Arrhh, gak usah panjang lebar, mending sekarang kita simak yuk, kelanjutan kisahnya!” Cerocos si Penulis)
“Misi mbak, maaf mengganggu. Gini mbak, hmm saya lagi observasi ke lapangan ni mengenai makalah yang ingin saya buat nantinya. Boleh gak saya Tanya-tanya bentar sama mbak?” Kata Fadhli
“Hmm, boleh si mas, tapi kalo boleh tau, tentang apa ya?” Tanya salah satu target sasaran
“Saya mau meneliti seberapa besar sih pengaruh akhlak ataupun fisik cowok buat wanita seperti mbak?” Kata Fadhli
“Oh, itu toh.” Jawabnya
“Menurut mbak gimana?” Tanya Fadhli
“Kalo saya ya jelas lah mas, fisik itu lebih banyak persentasenya dari akhlak karna saya sendiri selalu mencari cowok tu yang keren dan yang pastinya tajir dong.” Kata mbak tersebut
“Astaghfirullah, ternyata cewek jaman sekarang tu begini ya?” Tanyanya dalam hati
“Ohh, begitu ya mbak, lantas apakah mbak gak masalah apabila cowok mbak itu gak mempunyai akhlak yang baik?” Tanya Fadhli
“Enggak, selama dia bisa memenuhi apa yang saya minta dan dia bisa membuat saya bahagia, kenapa mesti ada akhlak.” Kata mbak tersebut
“Hmm, oke deh, thank’s ya mbak atas jawabannya.” Kata Fadhli sambil dalam hati menyebut
“Ia mas.” Jawab mbak tersebut
“Astaghfirullah ya Allah, ternyata cewek jaman sekarang tu gak ada yang bener pikirannya. Selalu memikirkan fisik dan kekayaan.” Cerocosnya sambil berjalan mencari target baru
Fadhli terus berjalan dan berjalan mencari target baru ternyata jawaban yang ia dapat masih sama kayak target pertama. Mungkin karna mereka belum menutupi auratnya kali ya. Ia pun berjalan mencari target yang memakai Jilbab dengan mode jaman sekarang. Tenyata ketemu dengan kumpulan cewek-cewek yang menjadi target dia tadi.
“Misi mbak, maaf kalo saya mengganggu. Gini mbak, hmm saya lagi observasi ke lapangan ni mengenai makalah yang ingin saya buat nantinya. Boleh gak saya Tanya-tanya bentar sama mbak?” Kata Fadhli
“Hmm, boleh si mas, tapi kalo boleh tau, tentang apa ya?” Tanya salah satu target sasaran
“Saya mau meneliti seberapa besar sih pengaruh akhlak ataupun fisik cowok buat wanita seperti mbak-mbak ini ?” Kata Fadhli
“Oh, itu toh.” Jawabnya
“Menurut mbak gimana?” Tanya Fadhli
“Kalo saya melihat cowok jaman sekarang tu dari akhlak dan juga fisiknya. Akhlaknya sih gapapa yang sedang-sedang aja asalkan dia keren dan tajir. Gitu sih mas.” Kata mbak tersebut
“Ia, sama.” Sambung temannya
“Oh, gitu ya. Makasih ya mbak atas jawabannya.” Kata Fadhli sambil melemparkan senyuman
“Iy mas.” Kata mbak-mbak tersebut dengan kembali membalas senyuman
“Huuhh, udah 40 cewek yang aku tanyak, pasti sama. Ada sih yang sedikit berbeda tapi ya ujung-ujungnya sama jugak, matrek.” Cerocosnya
Fadhli pun break sejenak untuk mencari target baru. Ia mesti merancang strategi baru buat besok. Ia pun memutuskan untuk pulang dan beristirahat.
Di kos-kosannya yang super-duper sempit itu, ia memikirkan tentang akhlak cewek-cewek jaman sekarang. Ternyata akhlak mereka mungkin udah rusak. Hanya memikirkan harta, harta dan harta. Kalo menurut ia, harta itu kan bisa di cari dan harta itu juga gampang hilang. Tak selamanya menjadi milik kita.
Fadhli melupakan semua yang terjadi hari ini dan memutuskan untuk tidur pulas dengan tilam yang seadanya itu.
Keruyukan ayam telah memecahkan mimpinya menjadi realita hidup yang sebenarnya. Pagi ini ia kembali kuliah dan selesai kuliah, ia akan kembali mengobservasi ke lapangan.
Fadhli bergegas untuk mandi dan pergi ke halte menunggu metromini lewat. Pagi ini mungkin bukan hari keberuntungan Fadhli, masalahnya, ia harus berdiri di dalam metromini itu lantaran penumpang yang super padat di dalam metromini tersebut. Namun, ada hikmah di balik kepadatan penumpang tersebut. Tepat di samping ia berdiri, ada dua cewek, anak kuliahan juga kelihatannya. Fadhli pun kesempatan ni buat nanyak. Tapi lagi-lagi pertanyaan yang sama itu di jawab pula dengan jawaban yang sama. Ya gitu deh, mereka menjawab kalo melihat cowok itu dari dua-duanya, fisik dan akhlak. Fisiknya harus tampan, keren dan harus baik serta kaya pastinya.(“ Huhh, Alhamdulillah matrek ya, hhehehe.” Cerocos si Penulis)
“Bang-bang, berenti di simpang ya bang.” Kata Fadhli
“Ia mas.” Kata supir metromini
Fadhli keluar dari metromini tersebut dan berjalan ke arah kampusnya
“Aduhh, capek ya hari ini. Baru pagi gini, udah ngos-ngosan aja. Hmm, ke kantin bentar deh, sekalian tanyak-tanyak lagi.” Kata Fadhli sambil tersenyum sendiri
“Buk, nasi goreng sama teh botol satu ya.” Kata Fadhli dengan Ibu Kantin
“Sip, mas.” Jawab Ibu Kantin
“Wes, Fadh. kenapa ni, kok kayaknya ngos-ngosan gitu?” Tanya Ridho teman Fadhli
“Ia ni, tadi aku mesti berdiri sepanjang perjalanan mau ke kampus di dalam metromini. Lebih-lebih lagi ni Dho, udah hamper kurang lebih ratusan cewek yang aku tanyak, pasti jawabannya itu-itu aja.” Kata Fadhli
“Ni buk uangnya. Makasih ya buk.” Kata Fadhli pada Ibu Kantin sambil melemparkan senyuman
“Sama-sama mas.” Ibu Kantin menjawab dengan membalas senyuman Fadhli
“Kau si Fadh, ngambil tema makalah kok itu. Udah tau ini tu Kota Bandung gitu. Enggak seperti Kota kita, ya walaupun di sana banyak sih kayak gini jugak tapi masih banyak jugak cewek-cewek yang akhlaknya masih bagus.” Jelas Ridho
“Ya aku pengen tau aja seberapa besar sih persentase mereka antara akhlak dan Fisik. Ternyata Fisik itu lebih banyak tau gak. Lebih-lebih mereka hanya memikirkan egonya aja. Dasar cewek matrek.” Kata Fadhli dengan muka kesal
“Wes, santai mas. Yaudah yok, kita masuk ruangan.” Kata Ridho sambil berjalan menuju ruangan bersama Fadhli

Waktu terus berputar sehingga tak terasa saatnya jadwal jam kuliahan hari ini habis. Mereka mencari tempat tongkrongan dan akhirnya jatuhlah di Brown Café. Letaknya kurang lebih 1 kilometer dengan kampus mereka.
“Gimana ni hari ini Fadh? Apa kau mau ngelanjuti penelitianmu di Lapangan?” Kata Ridho
“Wes, ia dong. Kita itu harus tetap bersemangat. Aku yakin masih ada yang lebih baik ya walaupun mungkin cuma 20% kali ya.” Kata Fadhli
“Gitu dong kawan, ini ni sifat yang pantang menyerahmu yang buat aku sekarang gak bermalas-malasan lagi saat bekerja.” Kata Ridho
“Ahaha, ah biasa aja lagi.” Jawab Fadhli cengar-cengir gak jelas
“Hari ini karna aku lagi libur kerja, jadi aku bakalan ngawani kau ke mana aja deh.” Kata Ridho
“Wah, serius Dho? Thank’s ya.” Kata Fadhli
“Yo’i.” kata Ridho sok gaul
“Ah, kau sok gaul.” Sambung Fadhli
“Ahaha, emang aku gaul. Secara gitu gue yang paling top di kampus ini.” Kata Ridho dengan gayanya yang sok keren itu
“Apa? Gak salah dengar ni, yang ada tu, kau yang paling jelek di kampus ini.” Sambung Fadhli
“Alah, mas, sesama orang jelek gak boleh saling mengejek. Ahaha..” Kata Ridho
“Yok, cabut.” Kata Fadhli
“Oke deh.” Jawab Ridho
Hari ini mereka mau keliling-keliling mengitari jalan Wage Rudolf Supratman. Siapa tau aja di sana mereka bisa menemukan yang mereka cari untuk jadi sasaran tanya-tanya.
“Wah, fadh, ini ni sepertinya jawabannya bagus.” Kata Ridho
“Ia, semoga ya.” Kata Fadhli sambil berjalan menuju sasaran
“Assalamu’alaikum mbak, maaf mengganggu sebentar. Apakah mbak bersedia untuk kami tanya-tanya?” Kata Fadhli
“wa’alaikumsalam. Ya, tapi kalo boleh tau untuk apa ya mas?” Tanya mbak tersebut
“Gini loh mbak, kami mengadakan penelitian tentang seberapa besar persentase cewek-cewek antara Akhlak dan Fisik. Jadi kalo menurut mbak, jika mbak melihat cowok itu, dari mananya ya mbak? Akhlak or fisik?” Kata Fadhli
“Oh, kalo saya melihat cowok itu dari akhlaknya mas, tak penting fisiknya. Harus memilih sesuai akhlak karna cowok itu kan nantinya bakalan menjadi seorang imam keluarga jadi mesti memiliki akhlak yang bagus untuk bisa membina keluarganya.” Kata mbak tersebut
“Subhanallah, jawabannya super sekali.” Kata Ridho
“Terima kasih.” Kata mbak tersebut
“Terima kasih ya mbak atas jawabannya. Kalo begitu kami pamit.” Kata Fadhli
“Assalamu’alaikum.” Kata Fadhli dan Ridho serentak
“Wa’alaikumsalam.” Jawab mbak tersebut
“Apa aku bilang.” Kata Ridho
“Iya deh.” Jawab Fadhli
“Sekarang kita ke mana fadh?” Kata Ridho
“Ke Lapangan Supratman yok.” Ajak Fadhli
“Ayok, siapa tau ada sasaran.” Sambung Ridho
“Bener-bener, yok kita capcus..” cerocos Fadhli
Fadhli dan Ridho pergi menuju Lapangan Supratman untuk santai sejenak. Roda dan mesin kereta butut Ridho itu akhirnya membawa mereka sampai juga di tempat tujuan. Jangan sepele ya dengan kereta bututnya, gini-gini keretanya udah sampai ke mana-mana loh. J
“Akhirnya. Eh, belik minuman yok Fadh?”
“Ayok.”
Setelah membeli minuman, mereka pun ngadem sebentar di lapangan itu. Tapi memang rezeki gak ke mana ya, lagi duduk-duduk santai, mereka pun melihat ada sekumpulan akhwat-akhwat yang lagi nyantai juga di Lapangan itu.
“Fadh, ada sasaran tu. Yok samperin?” kata Ridho
“Tapi aku segan lah.” Katanya
“Udah jangan pake segan-segan. Kau mau siap tugas atau enggak? Pilih yang mana?” Kata Ridho
Akhirnya mereka berjalan menuju akhwat-akhwat itu.
“Assalamu’alaikum mbak. Maaf kalo mengganggu. Nama saya Fadhli dan Ini teman saya Ridho.” Kata Fadhli
“Assalamu’alaikum.” Sapa Ridho
“Wa’alaikumsalam.” Jawab mereka
“Gini loh mbak, kami mengadakan penelitian tentang seberapa besar persentase cewek-cewek antara Akhlak dan Fisik. Jadi kalo menurut mbak, jika mbak melihat cowok ini dari mananya ya mbak? Akhlak or fisik?” Kata Fadhli
“Kalo saya melihat seorang pria itu, jelas dari akhlaknya. Karna bagaimana pun akhlak itu yang menentukan segalanya.” Kata mbak Dina
“Lanjut dengan saya ya mas. Kalo saya juga sama seperti Dina. Saya melihat akhlaknya bukan fisiknya. Kan bukan fisik yang menentukan sesorang masuk syurga?” sambung Sita
“Karna jawabannya sama jadi saya tak perlu menjelaskan lagi ya mas. Nah saya tambahi sedikit, kalo bisa pilih yang ikhwan juga.” Kata mbak Cika
“Subhanallah, terima kasih ya mbak. Jawaban dari mbak-mbak ini akhirnya yang telah menyelesaikan tugas saya. Sekali lagi terima kasih ya mbak.” Kata Fadhli dengan member senyuman
“Ya, sama-sama. Jangan berterima kasih pada kami. Terima kasih lah sama Allah. Kami hanya perantara saja yang di kirimkan Allah buat menjawab tugas dari mas.” Jelas mbak Dina
“Kalo begitu kami pamit dulu ya mbak. Assalamu’alaikum.” Kata Fadhli
“Assalamu’alaikum.” Sambung Ridho
“Wa’alaikumsalam.” Jawab mereka serentak
Mereka pun akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Sebelumnya tak lupa Ridho mengantarkan Fadhli ke kosannya.
“Makasih ya Dho atas semuanya dan makasih udah ngantar aku pulang.” Kata Fadhli
“Santai bro, ia sama-sama. kalo kayak gitu aku pamit ya bro.Assalamu’alaikum.” kata Ridho sambil bergaya kayak ustad gitu
“Akhirnya selesai jugak. Dapat disimpulkan bahwa 80% cewek melihat cowok dari fisik dan hanya 20% cewek yang melihat seorang cowok dari akhlaknya. Astaghfirullah.” Kata Fadhli di depan laptopnya
“Subhanallah sekali mbak Dina itu ya, selain cantik dia juga sholeh. Upps, apaan sih. Jangan berpikir yang enggak-enggak Fadh. Tapi kalo jodoh kan gak ke mana.” Kata Fadhli sambil menyadarkan dirinya dari lamunan sesaat.

Tapi memang benar kali ya apa yang di bilang Fadhli dari lamunannya sesaat itu. Tiga minggu yang akan datang, setelah ia mengumpulkan makalahnya dan berhasil mendapat nilai A+, dia jadi sering bertemu dengan mbak Dina itu. Tanpa di duga ternyata Dina itu merupakan mahasiswi di kampus yang sama dengan Fadhli. Bedanya sih dia mahasiswi di Fakultas Farmasi dan Fadhli di Fakultas Teknik Elektro. Wah..wah..wah.., inilah kuasa Allah. Saat itu Fadhli hanya bisa menyerahkan semuanya sama Allah. Toh waktu yang nantinya akan menjawab semuanya.


Mengembalikan Kelestarian Situs Warisan Dunia


Berlibur ke Kota Medan tidaklah seru kalau hanya berkeliling di dalam kota ini saja. Sedikit bergeser keluar Medan juga tidak masalah! Banyak destinasi seru yang bisa traveler datangi, seperti di Taman Nasional Gunung Leuser.  Taman Nasional Gunung Leuser yang luasnya 1.094.692 hektar dan sebagian besar terdapat di daerah Sumatera Utara (langkat) dan NAD ini mempunyai daya tarik yang sangat besar. Selain dapat melihat orangutan, berbagai jenis flora dan fauna yang diantaranya tergolong langka, panorama yang indah, hutan alam yang asri, wisatawan juga  bisa melakukan trekking, rafting, caving dan lain-lain, kegiatan wisata yang berbasis kepada alam bebas dan menguji adrenalin para wisatawan. Berbicara mengenai daya tarik, pastilah ada bagian-bagian tertentu yang mendukungnya, diantaranya yaitu kondisi alam TNGL. 
Taman wisata Bukit Lawang  memberikan banyak keindahan yang dapat memanjakan mata para wisatawan. Di Taman Nasional Gunung Leuser banyak keistimewaannya, salah satunya dapat dilihat dari Hutan Gunung Leuser yang sangat lebat, berkhas hutan pantai  dan hutan hujan tropis. Di dalamnya terdapat beberapa sungai, danau, sumber  air panas, lembah, dan air terjun. Ekosistem alamnya sangat indah dan beragam  yang meliputi dataran rendah (pantai) hingga pengunungan. Terdapat beragam satwa langka yang dilindungi, seperti kucing hutan, harimau Sumatera, rangkong, Orangutan (yang menjadi daya tarik utama), siamang, ular,  kupu-kupu, burung, gajah Sumatera, badak Sumatera, kambing hutan, dan rusa  sambar. Selain itu, terdapat tumbuhan langka, seperti bunga raksasa “Rhizanthes  zippelnii” yang berdiameter 1,5 meter, bunga raflesia, dan daun  payung raksasa.. Bagaimana tidak, saat ini kondisi TNGL tak seasri sediakala. Saat ini kondisinya sangat memprihatinkan.
Hal ini disebabkan karena banyaknya warga di sekitar daerah tersebut membangun villa, rumah, atau kebun. Sekarang tampaknya sudah seperti pasar, padat sepadat-padatnya. Di badan sungai misalnya, di sana telah dibangun bangunan sampai minimal 15 meter dari tepi sungai, seharusnya hal itu tak boleh terjadi demi keselamatan dan kelestarian sungai. Belum lagi dua bentuk pembalakan liar yang terjadi di kawasan ini. Pertama pemanfaatan lahan di luar kehutanan dan yang paling merusak serta memusnahkan ekosistem hayati adalah kegiatan konservasi hutan, terutama alih fungsi hutan yang menjadi areal perkebunan kelapa sawit. Meskipun illegal, sering kali konservasi di akui sebagai kegiatan yang sah sehingga dilakukan secara terang-terangan. Mungkin penyebab utamanya adalah dorongan ekonomi yang membuat masyarakat lupa akan risiko yang mengancam nyawa dan hartanya.
Perusakan hutan yang dilakukan oleh segelintir orang (pemodal besar) terus berlanjut. Bahkan aktivitas perusakan ini juga melibatkan pejabat, aparat, dan masyarakat setempat. Mereka dijadikan sebagai alat oleh pemodal besar untuk memuluskan kepentingan ekonominya mengeksploitasi hutan tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan ekologinya. Konsekuensinya, upaya untuk menyelamatkan hutan di negeri ini sangatlah sulit. Karena banyak pihak yang terlibat dan diuntungkan dari aktivitas perusakan hutan, yang sebenarnya untuk kepentingan sesaat.
Kerusakan hutan pun semakin parah dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 1985 yang rusak masih 229.570,27 hektar dari 2.570.652,78 hektar luas seluruh wilayah TNGL, di tahun 2000 yang rusak mencapai 652.482,17 hektar dan yang gundul 262.564,67 hektar, luas kerusakan TNGL yang masuk wilayah Langkat mencapai 22.000 hektar. Berdasarkan Badan Statistik tahun 2004, luas total TNGL di Langkat tinggal 213.985 hektar yang masih utuh.
Dari enam taman nasional di Sumatera, semuanya dalam kondisi krisis. Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh dan Sumut) telah rusak seluas 112. 100 hektar, Taman Nasional Teso Nilo (Riau) seluas 28.500 hektar, Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Jambi) seluas 1.000 hektar, Taman Nasional Kerinci Seblat (Jambi) seluas 200.000 hektar, Taman Nasional Berbak (Jambi) seluas 32.000 hektar, Taman Nasional Bukit Duabelas (Jambi) seluas 3.000 hektar, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Lampung) seluas 61.000 hektar. Jika dijumlah, maka kerusakan taman nasional di Sumatera adalah seluas 437.600 hektar. Taman-taman nasional lain yang di luar Sumatera pun bernasib sama.
Memang kerusakan hutan bukan hanya disebabkan oleh kepentingan investor dari alih fungsi hutan untuk perkebunan, pertambangan, dan HTI. Tetapi juga karena pembalakan liar, permukiman penduduk, dan pembangunan jalan. Meskipun demikian, alih fungsi hutan untuk perkebunan dan pertambangan menjadi penyebab utama kerusakan hutan. Taman nasional pun ikut dialihfungsikan seperti di Kawasan Ekosistem Leuser yang telah beroperasi 40 perusahaan pertmabangan dan 16 perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Pihak yang paling diuntungkan dari kerusakan hutan ini adalah para konglomerat. Sementara mereka yang ikut terlibat dalam aktivitas perusakan hutan ini seperti perambah, pemberi izin, dan pelindung keamanan, hanya memperoleh “recehan-recehan” dari keuntungan para konglomerat yang berlipat-lipat bahkan berkuadrat-kuadrat. Kemudian pemilik modal (asing) tersebut benar-benar dimanjakan oleh pejabat di negeri ini. Seolah-olah pejabat menjadi satuan pengaman aktivitas ekonomi mereka.
Di sisi lain, begitu besar dampak buruk yang ditimbulkan akibat perusakan hutan ini. Misalnya konflik lahan antara masyarakat di sekitar hutan dengan pihak perusahaan. Dan secara umum, masyarakat (adat) lah yang terusir dari tanahnya sendiri akibat alih fungsi hutan menjadi perkebunan dan kawasan pertambangan. Pemerintah tetap berpihak kepada pemilik modal. Konflik lahan ini sampai sekarang terus terjadi, dan bisa makin meluas ketika tidak diselesaikan secara tuntas.
Jika penyelesaiannya tetap menggunakan sisi legal formal atau hukum positif, maka bisa dipastiakan, masyarakat akan tetap menjadi pihak yang kalah dan persoalan tidak akan selesai. Hal ini dapat kita lihat dalam penyelesaian kasus Mesuji yang hingga hari ini berjalan di tempat. Sialnya, masyarakat adat yang tergusur dari tanahnya akibat konflik sumber daya hutan, tidak mendapatkan kompensasi apa pun dari negara.
Selain menimbulkan konflik, perusakan hutan tentu akan menghadirkan bencana alam (banjir, erosi, tanah longsor), pemanasan global, hilangnya flora dan fauna, yang berdampak buruk bagi kehidupan. Jika kita melihat efek jangka panjang, maka kerugian akibat kerusakan hutan sangat jauh lebih besar daripada keuntungan dari eksploitasi hutan.
Ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengawasan ketat oleh pemerintah terhadap Taman Nasional Gunung Leuser ini.  Masih belum terlihat peranan pemerintah dalam kasus ini. Anehnya, di saat hutan kita sedang dalam krisis, justru pemerintah pusat dan daerah saling melempar tanggung jawab. Bahkan lebih parahnya, sejumlah pemerintah daerah mengusulkan alih fungsi hutan menjadi areal penggunaan lain kepada Kementerian Kehutanan.
Sudah saatnya Bappeda Langkat, Dinas PUD, Kantor Pariwisata Seni dan Budaya mau pun masyarakat sekitarnya duduk bersama membahas kumuhnya kawasan wisata tersebut. Sudah saatnya kita memberikan pencerahan kepada masyarakat khususnya para petani yang ingin atau yang sedang menggeluti usaha perkebunan kelapa sawit bahwa tindakan seperti yang mereka lakukan itu bukanlah solusi yang tepat untuk mengurangi pemanasan global dan menciptakan kelestarian lingkungan. Memang benar, kelapa sawit sangatlah memberikan keuntungan yang besar buat menopang perekonomian  yang tinggi. Akan tetapi jika ditinjau dari segi lingkungan kelapa sawit malah memperparah pemanasan global dan krisis air yang berkepanjangan.  Karena tanaman sawit menyerap 40 liter air per harinya, dan ini tentunya akan mengurangi cadangan air di dalam tanah yang semestinya dapat menjadi persediaan di musim kemarau.
Pemerintah juga perlu mengambil tindakan  seperti  penegakan hukum dan sanksi yang amat berat baik sanksi pidana maupun sanksi perdata kepada para pelaku yang melakukan pembalakan liar.

Bersama-sama mengembalikan hutan pada posisi  seperti semula. Posisi di mana hutan merupakan paru-paru dunia. Dengan begitu, kita dapat memberikan manfaat yang jauh lebih besar dari pada mengeksploitasinya secara berlebihan. Hutan dengan kondisi natural dapat memberikan kontribusi bagi kehidupan manusia.  Sungai yang mengalir jernih  sebagai sumber air bersih, ekosistem yang terjaga, hutan-hutan yang mampu menyerap air hujan dan menghasilkan udara yang lebih baik bagi kehidupan. Disamping hutan yang terjaga dapat dijadikan ekowisata, laboratorium alam, dan sebagainya. Eksploitasinya harus segera ditinggalkan demi kehidupan masyarakat yang lebih baik lagi.