Fadhli Kusuma atau yang biasa
dikenal dengan panggilan Fadhli ini merupakan salah satu mahasiswa di
Universitas ternama yang ada di Pulau Jawa. Ia merupakan anak bungsu dari
pasangan Ibu Kartika dan Pak Joko. Ia dibesarkan oleh keluarga yang sederhana.
Bapaknya adalah seorang Petani dan ibunya hanya seorang Ibu Rumah Tangga. Namun
begitu, Fadhli tak pernah malu akan pekerjaan orang tuanya itu. Ia malah
membantu bapaknya jika ia pulang ke kampung halamannya yaitu di Provinsi
Sumatera Utara.
Sejak kecil, Fadhli memang sudah
hidup mandiri, bayangkan saja, ketika ia masih duduk di bangku SMP, ia
berjualan pisang goreng di kelasnya. Ya lumayan lah keuntungan yang didapat,
bisa dipakainya untuk membayar uang sekolah. Sekarang saja Fadhli bisa kuliah
karna berkat kegigihan dan kerja kerasnya. Ia memang murid yang pintar, maka
dari itu, dia sekarang tak perlu lagi membayar uang kuliah persemesternya karna
ia berhasil meraih beasiswa sebagai salah satu murid terpintar.
Garis horizon cakrawala tampaknya
mulai terlihat, sang mentari juga mulai menerangi pagi ini dengan cahaya
cerahnya, saatnya Fadhli beraktivitas seperti biasanya yaitu kuliah. Pagi ini
Fadhli akan observasi langsung ke lapangan. Maklum lah, itu salah satu
persyaratan untuk memenuhi tugasnya membuat makalah. Fadhli mengambil tema
Pengaruh antara Akhlak dan Fisik bagi Wanita, ia mengambil tema itu karna
melihat realita yang ada bahwa sekarang ini banyak banget wanita yang melihat cowok
itu hanya dari fisiknya doang, bukan dari akhlaknya. (“Arrhh, gak usah panjang
lebar, mending sekarang kita simak yuk, kelanjutan kisahnya!” Cerocos si
Penulis)
“Misi mbak, maaf mengganggu. Gini
mbak, hmm saya lagi observasi ke lapangan ni mengenai makalah yang ingin saya
buat nantinya. Boleh gak saya Tanya-tanya bentar sama mbak?” Kata Fadhli
“Hmm, boleh si mas, tapi kalo boleh
tau, tentang apa ya?” Tanya salah satu target sasaran
“Saya mau meneliti seberapa besar
sih pengaruh akhlak ataupun fisik cowok buat wanita seperti mbak?” Kata Fadhli
“Oh, itu toh.” Jawabnya
“Menurut mbak gimana?” Tanya Fadhli
“Kalo saya ya jelas lah mas, fisik
itu lebih banyak persentasenya dari akhlak karna saya sendiri selalu mencari
cowok tu yang keren dan yang pastinya tajir dong.” Kata mbak tersebut
“Astaghfirullah, ternyata cewek
jaman sekarang tu begini ya?” Tanyanya dalam hati
“Ohh, begitu ya mbak, lantas apakah
mbak gak masalah apabila cowok mbak itu gak mempunyai akhlak yang baik?” Tanya
Fadhli
“Enggak, selama dia bisa memenuhi
apa yang saya minta dan dia bisa membuat saya bahagia, kenapa mesti ada
akhlak.” Kata mbak tersebut
“Hmm, oke deh, thank’s ya mbak atas
jawabannya.” Kata Fadhli sambil dalam hati menyebut
“Ia mas.” Jawab mbak tersebut
“Astaghfirullah ya Allah, ternyata
cewek jaman sekarang tu gak ada yang bener pikirannya. Selalu memikirkan fisik
dan kekayaan.” Cerocosnya sambil berjalan mencari target baru
Fadhli terus berjalan dan berjalan
mencari target baru ternyata jawaban yang ia dapat masih sama kayak target
pertama. Mungkin karna mereka belum menutupi auratnya kali ya. Ia pun berjalan
mencari target yang memakai Jilbab dengan mode jaman sekarang. Tenyata ketemu
dengan kumpulan cewek-cewek yang menjadi target dia tadi.
“Misi mbak, maaf kalo saya
mengganggu. Gini mbak, hmm saya lagi observasi ke lapangan ni mengenai makalah
yang ingin saya buat nantinya. Boleh gak saya Tanya-tanya bentar sama mbak?”
Kata Fadhli
“Hmm, boleh si mas, tapi kalo boleh
tau, tentang apa ya?” Tanya salah satu target sasaran
“Saya mau meneliti seberapa besar
sih pengaruh akhlak ataupun fisik cowok buat wanita seperti mbak-mbak ini ?”
Kata Fadhli
“Oh, itu toh.” Jawabnya
“Menurut mbak gimana?” Tanya Fadhli
“Kalo saya melihat cowok jaman
sekarang tu dari akhlak dan juga fisiknya. Akhlaknya sih gapapa yang
sedang-sedang aja asalkan dia keren dan tajir. Gitu sih mas.” Kata mbak
tersebut
“Ia, sama.” Sambung temannya
“Oh, gitu ya. Makasih ya mbak atas
jawabannya.” Kata Fadhli sambil melemparkan senyuman
“Iy mas.” Kata mbak-mbak tersebut
dengan kembali membalas senyuman
“Huuhh, udah 40 cewek yang aku
tanyak, pasti sama. Ada sih yang sedikit berbeda tapi ya ujung-ujungnya sama
jugak, matrek.” Cerocosnya
Fadhli pun break sejenak untuk
mencari target baru. Ia mesti merancang strategi baru buat besok. Ia pun
memutuskan untuk pulang dan beristirahat.
Di kos-kosannya yang super-duper
sempit itu, ia memikirkan tentang akhlak cewek-cewek jaman sekarang. Ternyata
akhlak mereka mungkin udah rusak. Hanya memikirkan harta, harta dan harta. Kalo
menurut ia, harta itu kan bisa di cari dan harta itu juga gampang hilang. Tak
selamanya menjadi milik kita.
Fadhli melupakan semua yang terjadi
hari ini dan memutuskan untuk tidur pulas dengan tilam yang seadanya itu.
Keruyukan ayam telah memecahkan
mimpinya menjadi realita hidup yang sebenarnya. Pagi ini ia kembali kuliah dan
selesai kuliah, ia akan kembali mengobservasi ke lapangan.
Fadhli bergegas untuk mandi dan
pergi ke halte menunggu metromini lewat. Pagi ini mungkin bukan hari
keberuntungan Fadhli, masalahnya, ia harus berdiri di dalam metromini itu
lantaran penumpang yang super padat di dalam metromini tersebut. Namun, ada
hikmah di balik kepadatan penumpang tersebut. Tepat di samping ia berdiri, ada
dua cewek, anak kuliahan juga kelihatannya. Fadhli pun kesempatan ni buat
nanyak. Tapi lagi-lagi pertanyaan yang sama itu di jawab pula dengan jawaban
yang sama. Ya gitu deh, mereka menjawab kalo melihat
cowok itu dari dua-duanya, fisik dan akhlak. Fisiknya harus tampan, keren dan
harus baik serta kaya pastinya.(“ Huhh, Alhamdulillah matrek ya, hhehehe.”
Cerocos si Penulis)
“Bang-bang, berenti di simpang ya
bang.” Kata Fadhli
“Ia mas.” Kata supir metromini
Fadhli keluar dari metromini
tersebut dan berjalan ke arah kampusnya
“Aduhh, capek ya hari ini. Baru
pagi gini, udah ngos-ngosan aja. Hmm, ke kantin bentar deh, sekalian
tanyak-tanyak lagi.” Kata Fadhli sambil tersenyum sendiri
“Buk, nasi goreng sama teh botol
satu ya.” Kata Fadhli dengan Ibu Kantin
“Sip, mas.” Jawab Ibu Kantin
“Wes, Fadh. kenapa ni, kok kayaknya ngos-ngosan gitu?” Tanya
Ridho teman Fadhli
“Ia ni, tadi aku mesti berdiri sepanjang
perjalanan mau ke kampus di dalam metromini. Lebih-lebih lagi ni Dho, udah
hamper kurang lebih ratusan cewek yang aku tanyak, pasti jawabannya itu-itu
aja.” Kata Fadhli
“Ni buk uangnya. Makasih ya buk.”
Kata Fadhli pada Ibu Kantin sambil melemparkan senyuman
“Sama-sama mas.” Ibu Kantin
menjawab dengan membalas senyuman Fadhli
“Kau si Fadh, ngambil tema makalah
kok itu. Udah tau ini tu Kota Bandung gitu. Enggak seperti Kota kita, ya
walaupun di sana banyak sih kayak gini jugak tapi masih banyak jugak
cewek-cewek yang akhlaknya masih bagus.” Jelas Ridho
“Ya aku pengen tau aja seberapa
besar sih persentase mereka antara akhlak dan Fisik. Ternyata Fisik itu lebih
banyak tau gak. Lebih-lebih mereka hanya memikirkan egonya aja. Dasar cewek
matrek.” Kata Fadhli dengan muka kesal
“Wes, santai mas. Yaudah yok, kita
masuk ruangan.” Kata Ridho sambil berjalan menuju ruangan bersama Fadhli
Waktu terus berputar sehingga tak
terasa saatnya jadwal jam kuliahan hari ini habis. Mereka mencari tempat
tongkrongan dan akhirnya jatuhlah di Brown Café. Letaknya kurang lebih 1
kilometer dengan kampus mereka.
“Gimana ni hari ini Fadh? Apa kau
mau ngelanjuti penelitianmu di Lapangan?” Kata Ridho
“Wes, ia dong. Kita itu harus tetap
bersemangat. Aku yakin masih ada yang lebih baik ya walaupun mungkin cuma 20%
kali ya.” Kata Fadhli
“Gitu dong kawan, ini ni sifat yang
pantang menyerahmu yang buat aku sekarang gak bermalas-malasan lagi saat
bekerja.” Kata Ridho
“Ahaha, ah biasa aja lagi.” Jawab
Fadhli cengar-cengir gak jelas
“Hari ini karna aku lagi libur kerja,
jadi aku bakalan ngawani kau ke mana aja deh.” Kata Ridho
“Wah, serius Dho? Thank’s ya.” Kata
Fadhli
“Yo’i.” kata Ridho sok gaul
“Ah, kau sok gaul.” Sambung Fadhli
“Ahaha, emang aku gaul. Secara gitu
gue yang paling top di kampus ini.” Kata Ridho dengan gayanya yang sok keren
itu
“Apa? Gak salah dengar ni, yang ada
tu, kau yang paling jelek di kampus ini.” Sambung Fadhli
“Alah, mas, sesama orang jelek gak boleh saling mengejek. Ahaha..”
Kata Ridho
“Yok, cabut.” Kata Fadhli
“Oke deh.” Jawab Ridho
Hari ini mereka mau
keliling-keliling mengitari jalan Wage Rudolf Supratman. Siapa tau aja di sana
mereka bisa menemukan yang mereka cari untuk jadi sasaran tanya-tanya.
“Wah, fadh, ini ni sepertinya
jawabannya bagus.” Kata Ridho
“Ia, semoga ya.” Kata Fadhli sambil
berjalan menuju sasaran
“Assalamu’alaikum mbak, maaf
mengganggu sebentar. Apakah mbak bersedia untuk kami tanya-tanya?” Kata Fadhli
“wa’alaikumsalam. Ya, tapi kalo
boleh tau untuk apa ya mas?” Tanya mbak tersebut
“Gini loh mbak, kami mengadakan
penelitian tentang seberapa besar persentase cewek-cewek antara Akhlak dan
Fisik. Jadi kalo menurut mbak, jika mbak melihat cowok itu, dari mananya ya mbak? Akhlak or fisik?”
Kata Fadhli
“Oh, kalo saya melihat cowok itu
dari akhlaknya mas, tak penting fisiknya. Harus memilih sesuai akhlak karna
cowok itu kan nantinya bakalan menjadi seorang imam keluarga jadi mesti
memiliki akhlak yang bagus untuk bisa membina keluarganya.” Kata mbak tersebut
“Subhanallah, jawabannya super sekali.”
Kata Ridho
“Terima kasih.” Kata mbak tersebut
“Terima kasih ya mbak atas jawabannya. Kalo begitu kami pamit.” Kata Fadhli
“Terima kasih ya mbak atas jawabannya. Kalo begitu kami pamit.” Kata Fadhli
“Assalamu’alaikum.” Kata Fadhli dan
Ridho serentak
“Wa’alaikumsalam.” Jawab mbak
tersebut
“Apa aku bilang.” Kata Ridho
“Iya deh.” Jawab Fadhli
“Sekarang kita ke mana fadh?” Kata
Ridho
“Ke Lapangan Supratman yok.” Ajak Fadhli
“Ayok,
siapa tau ada sasaran.” Sambung Ridho
“Bener-bener,
yok kita capcus..” cerocos Fadhli
Fadhli
dan Ridho pergi menuju Lapangan Supratman untuk santai sejenak. Roda dan mesin
kereta butut Ridho itu akhirnya membawa mereka sampai juga di tempat tujuan.
Jangan sepele ya dengan kereta bututnya, gini-gini keretanya udah sampai ke
mana-mana loh. J
“Akhirnya.
Eh, belik minuman yok Fadh?”
“Ayok.”
Setelah
membeli minuman, mereka pun ngadem sebentar di lapangan itu. Tapi memang rezeki
gak ke mana ya, lagi duduk-duduk santai, mereka pun melihat ada sekumpulan
akhwat-akhwat yang lagi nyantai juga di Lapangan itu.
“Fadh,
ada sasaran tu. Yok samperin?” kata Ridho
“Tapi
aku segan lah.” Katanya
“Udah
jangan pake segan-segan. Kau mau siap tugas atau enggak? Pilih yang mana?” Kata
Ridho
Akhirnya
mereka berjalan menuju akhwat-akhwat itu.
“Assalamu’alaikum mbak. Maaf kalo
mengganggu. Nama saya Fadhli dan Ini teman saya Ridho.” Kata Fadhli
“Assalamu’alaikum.” Sapa Ridho
“Wa’alaikumsalam.” Jawab mereka
“Gini loh mbak, kami mengadakan
penelitian tentang seberapa besar persentase cewek-cewek antara Akhlak dan
Fisik. Jadi kalo menurut mbak, jika mbak melihat cowok ini dari mananya ya
mbak? Akhlak or fisik?” Kata Fadhli
“Kalo saya melihat seorang pria itu, jelas dari akhlaknya. Karna
bagaimana pun akhlak itu yang menentukan segalanya.” Kata mbak Dina
“Lanjut dengan saya ya mas. Kalo
saya juga sama seperti Dina. Saya melihat akhlaknya bukan fisiknya. Kan bukan
fisik yang menentukan sesorang masuk syurga?” sambung Sita
“Karna jawabannya sama jadi saya
tak perlu menjelaskan lagi ya mas. Nah saya tambahi sedikit, kalo bisa pilih
yang ikhwan juga.” Kata mbak Cika
“Subhanallah, terima kasih ya mbak.
Jawaban dari mbak-mbak ini akhirnya yang telah menyelesaikan tugas saya. Sekali
lagi terima kasih ya mbak.” Kata Fadhli dengan member senyuman
“Ya, sama-sama. Jangan berterima
kasih pada kami. Terima kasih lah sama Allah. Kami hanya perantara saja yang di
kirimkan Allah buat menjawab tugas dari mas.” Jelas mbak Dina
“Kalo begitu kami pamit dulu ya
mbak. Assalamu’alaikum.” Kata Fadhli
“Assalamu’alaikum.” Sambung Ridho
“Wa’alaikumsalam.” Jawab mereka
serentak
Mereka pun akhirnya pulang ke rumah
masing-masing. Sebelumnya tak lupa Ridho mengantarkan Fadhli ke kosannya.
“Makasih ya Dho atas semuanya dan
makasih udah ngantar aku pulang.” Kata Fadhli
“Santai bro, ia sama-sama. kalo
kayak gitu aku pamit ya bro.Assalamu’alaikum.” kata Ridho sambil bergaya kayak
ustad gitu
“Akhirnya selesai jugak. Dapat
disimpulkan bahwa 80% cewek melihat cowok dari fisik dan hanya 20% cewek yang
melihat seorang cowok dari akhlaknya. Astaghfirullah.” Kata Fadhli di depan
laptopnya
“Subhanallah sekali mbak Dina itu
ya, selain cantik dia juga sholeh. Upps, apaan sih. Jangan berpikir yang
enggak-enggak Fadh. Tapi kalo jodoh kan gak ke mana.” Kata Fadhli sambil
menyadarkan dirinya dari lamunan sesaat.
Tapi memang benar kali ya apa yang
di bilang Fadhli dari lamunannya sesaat itu. Tiga minggu yang akan datang, setelah
ia mengumpulkan makalahnya dan berhasil mendapat nilai A+, dia jadi sering
bertemu dengan mbak Dina itu. Tanpa di duga ternyata Dina itu merupakan
mahasiswi di kampus yang sama dengan Fadhli. Bedanya sih dia mahasiswi di
Fakultas Farmasi dan Fadhli di Fakultas Teknik Elektro. Wah..wah..wah.., inilah
kuasa Allah. Saat itu Fadhli hanya bisa menyerahkan semuanya sama Allah. Toh
waktu yang nantinya akan menjawab semuanya.
0 komentar:
Posting Komentar