Kata-kata itu mungkin
sudah tidak asing lagi bagi kita. Namun kata-kata itu sekarang seolah hilang
begitu saja di telan bumi. Bagaimana tidak, pemuda-pemudi Indonesia zaman
sekarang seakan tidak memperdulikannya lagi. Mungkin sekarang masih ada
kata-kata yang sama seperti itu namun versinya kali ya yang berbeda. Jika zaman
Bung Karno mengatakan bahwa “berikan aku 10 pemuda, maka aku akan
mengguncangkan dunia”, tetapi zaman yang serba modern ini berubah menjadi “
berikan aku 10 pemuda, maka aku akan membuat boys band. Seperti itulah realita
yang terjadi pada era modern ini. Jika kita melihat kejadian masa lampau saat
masa-masa pemerintahan Bung Karno, banyak pemuda-pemudi yang jiwanya seakan
menggelora melepaskan tanah air Indonesia ini dari belenggu penjajah. Pemudanya
rela bertumpah darah demi Indonesia merdeka. Inilah yang terjadi, sangat
berbanding terbalik pada saat ini. Pemuda-pemudi zaman sekarang seolah hilang
tanpa ada kabar. Mereka tidak perduli sama sekali akan pentingnya Negara
Indonesia ini. Ke mana pemuda-pemudi itu? Inikah pemuda-pemudi yang diharapkan
Bung Karno? Inikah pemuda-pemudi yang akan mengguncangkan dunia?
Saat ada event
berkumpul dengan saudara beberapa waktu lalu, saya sempat berbincang kecil
dengan abang sepupu saya. “ Hidup ini di bawa santai aja. Gak usah serius kali
lah belajar, masa muda itu kan untuk senang-senang, jalan-jalan mengitari kota
ini sama kawan-kawan. Kalo udah tua, mana bisa lagi kayak gini, apa mungkin
kita bisa keluar dan senang-senang lagi? Enggak kan? ” katanya saat saya menasehatinya bahwa jangan sering keluar malam sampai larut malam.
Bukan hanya itu saja,
saya juga melihat telah banyak siswa dan siswi yang tidak berkelakuan baik,
tidak mempunyai etika. Seperti kebanyakan siswa mulai dari SMP sampai SMA sudah
merokok, dan bahkan mengisap sabu-sabu ataupun sejenisnya, melakukan aksi
tawuran seperti yang baru-baru saja
terjadi dan sempat menjadi berita terhot saat itu yaitu aksi tawuran antara
siswa SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 70 yang pada akhirnya banyak menelan korban
jiwa. Adapun banyak siswi yang akibat pergaulan bebas dan terlalu memikirkan
lelaki, membuat mereka hamil di luar nikah, dan apa yang terjadi? Akhirnya
sekolahnya putus di tengah jalan. Inikah pemuda-pemudi yang menjadi idaman
Soekarno? Atau, inikah yang akan menjadi pengendali masa depan?
Mungkin hal tersebut
ada kaitannya mengenai era globalisasi yang serba canggih. Budaya barat
tampaknya cepat sekali merambat dan masuk ke Negara Indonesia. Contohnya :
fasion, elektronik, media komunikasi, dan lainnya. Atau ada sedikit kejadian
yang terjadi di sekitar rumah saya. Ada tetangga saya, Bu Lina yang mempunyai
anak laki-laki yang masih SMP. Dia bingung kenapa dia selalu dipanggil ke
sekolahan anaknya karena kasus bolos sekolah. Karena penasaran tersebut
suaminya langsung menyelidikinya di sekitar sekolah anaknya. Ternyata benar,
anaknya itu sering bolos sekolah karena selalu pergi ke warnet simpang
sekolahnya. Akhirnya, Bu Lina pun memindahkan anaknya ke sekolah yang lebih
dekat dengan rumah agar anaknya tersebut tidak berani melakukan hal yang
macam-macam lagi.
Seharusnya sebagai pemuda-pemudi yang
cerdik, kita bisa memanfaatkan semua perkembangan yang ada dengan sisi positif.
Seperti mempermudah kita mengetahui sejarah dunia serta dapat pula dengan mudah
berkomunikasi dengan keluarga, mengembangkan kreativitas dan bakat kita. Bukan
malah mengambil sisi negatifnya seperti nonton vedio porno dan keasyikan main
games sehingga waktu belajar jadi berkurang. Wah, jika seperti ini caranya bagaimana
pemuda-pemudi mampu menjadi generasi pelurus bangsa yang mampu membuat
terobosan perubahan positif di Negara Indonesia ini?
Jika hal itu terus
terjadi, mampukah Negara ini bisa lebih baik lagi kedepannya? Saya pikir tidak.
Coba anda lihat realita yang ada sekarang ini. Petuah-petuah bangsa atau bisa
di bilang manusia setengah syaitan yang merusak Negara ini dengan tipu daya
mereka. Manusia serakah yang tak pernah
melihat bahwa masih banyak rakyat-rakyatnya yang serba kekurangan. Mereka tidak
memikirkan hal itu. Yang ada di pikiran mereka adalah uang, uang dan uang. Ini
yang membuat Negara kita semakin tidak ada nilainya lagi di mata Negara lain.
Ini pula yang menghantarkan kita menjadi peringkat ke dua korupsi terbanyak di
Asia.
Bagaimana merubah
semuanya jika pemuda-pemudi pengendali masa depannya juga tidak mempunyai moral
dan akhlak? Akankah mereka mampu meluruskan semuanya yang sempat membengkok
karena penyimpangan?
Padahal Ki Hajar
Dewantara mempunyai kalimat petuah yang salah satunya berbunyi “Tut Wuri
Handayani”, yang artinya “Seorang pemimpin harus memberikan dorongan dari
belakang”. Jika Pemimpinnya seperti saat ini, apakah mereka memberikan dorongan
dari belakang berupa semangat dan moral?
Ayah saya sempat
berkomentar ketika melihat berita perihal tentang perbuatan anarkis yang
dilakukan para mahasiswa. “Ini pemuda-pemudi yang kurang kerjaan, gak ada
gunanya dia melakukan aksi itu di pinggir jalan. Seharusnya kalo udah mahasiswa
itu bisa berpikir bijak, kalo orang tuanya itu udah mati-matian cari uang, tapi
dia malah melakukan aksi yang anarkis kayak gitu. Sungguh sangat disayangkan.”
Kata ayah.
Ibu saya juga mengatakan
“sebenarnya di tanah air Indonesia ini banyak juga anak bangsa yang udah
membawa atau mengharumkan Negara ini. Namun itu tertutupi dengan lebih
banyaknya anak bangsa yang malas untuk bergerak atau bertindak dan gak punya moral yang kuat.
Bangkit dan
perbaharuilah semua yang terjadi, karena tonggak itu ada di tangan kita,
pemuda-pemudi Indonesia. Jika kita tidak tau mengendalikannya, maka hancurlah
Negara ini. Setiap manusia itu pasti pernah berbuat kesalahan. Namun yang
terpenting adalah bagaimana kita bisa berubah menjadi lebih baik lagi untuk ke
depannya. Masa depan yang akan menentukan apakah anda akan menjadi berhasil dan
sukses atau bahkan sebaliknya, menjadi sampah masyarakat.
Masa depan bangsa ada
di tangan pemuda-pemudinya. Jadilah pemuda-pemudi yang kreatif, inovatif,
jujur, adil, berdedikasi tinggi, serta memiliki rasa ketuhanan yang Maha Esa.
Jangan hanya berbicara
saja, namun harus disertakan dengan perbuatan yang real dan konkret. Jangan
bisanya hanya menerima bersih apa yang telah dipersembahkan para pahlawan untuk
kita yang sampai rela mengorbankan jiwa dan raganya. Mereka memikirkan
negaranya dan bangsanya. Pemuda-pemudi sekarang pun harus seperti itu.
Mendedikasikan hidupnya untuk rakyatnya. Mampu memajukan Negara ini ke kancah
dunia Internasional. Jika seperti itu, apakah itu sudah cukup untuk dapat
mengguncangkan dunia?
0 komentar:
Posting Komentar