Sudah hampir setahun lebih Pak
Ferdinan menikahi seorang wanita yang menurutnya cocok untuk menggantikan
Almarhumah istrinya dan menjadi ibu bagi ke dua anak-anaknya yaitu Bulan dan
Rio. Namun, tetap saja anak pertamanya yang bernama Bulan itu gak nerima keberadaannya.
Hanya putra bungsu Pak Ferdinan yang menerima ibu tirinya itu dengan gembira.
Baginya hanya ada satu mama dalam hidupnya, yaitu mama yang sekarang berada di
surga sana. Tapi itu gak jadi masalah buat Lina. Semuanya butuh proses, biarkan
waktu yang akan menjawabnya kata hati kecilnya.
Pak Ferdinan pun akhirnya memutuskan untuk pindah ke Palembang. Pindah
ke rumah peninggalan ibu mertuanya dan mau tak mau Bulan dan Rio pun
harus ikut bersama mereka. Awalnya sih, Bulan gak mau, tapi ya mau
gimana lagi. Dengan muka terpaksa akhirnya ia menyetujuinya.
Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka sampai juga di
Palembang. Tak disangka, untuk kamar tidur pun Bulan
mempermasalahkannya.
“Pa, masa’ aku harus tidur di kamar yang sempit kayak gini sih.” Katanya kesal
“Sayang, di sini kamarnya memang seperti ini. Ini satu-satunya kamar
yang paling lebar di antara yang lainnya. Gapapa kan sayang.” Jelas mama
tirinya itu
“Yaudah, terima aja napa sih kak, lagian
kamar kakak itu lebih besar dari kamar aku, papa dan mama.” Sambungn Rio
kesal
“Bawel loe.” Cemberut
“Sudah-sudah, ini aja jadi masalah. Sudah, ganti baju dan beres-beres sana.” Kata Papa
Akhirnya perdebatan itu berhenti sampai di situ dan segera ganti baju serta memberesi pakaian dan barang lainnya.
“Lumayan juga sih kamar ini, setidaknya gue bisa ngeliat bintang di
sini.” Kata Bulan sambil menuju ke teras kamarnya
“Wah, indah banget.” Menggeletakkan badannya di atas rerumputan
“Ma, aku kangen mama, sekarang aku bisa ngeliat mama setiap malam.” Katanya sambil melihat bintang di langit
Dari kejauhan, mama tiri Bulan itu hanya dapat tersenyum gembira.
Hmm, gak terasa ternyata udah pagi, hari ini Bulan mulai dalam lembaran
baru, yaitu masuk sekolah yang baru dan mesti harus menjalankan MOS.
Papa hanya mengantarkan Bulan sampai di depan gerbang sekolahnya.
“Pa, ini sekolahnya?” merasa heran sambil sesekali mengamati sekolah itu
“Iya, udah kamu jangan banyak komentar, belajar aja yang bagus. “ jawab papa
“Huh… iya pa.” berjalan masuk ke dalam
Bulan bingung mau ngapaen. Ia merasa tidak nyaman. Tiba-tiba ada geng empat sekawan nyamperin dirinya.
“Eh, lho yang anak baru pindahan dari Jakarta itu?” Tanya Sesil salah
satu personil geng itu dan sekaligus kakak kelasnya
“Ia, emang kenapa?” jawabnya sinis
“Ih, berani ngejawab lagi loe. Dasar anak manja, megang sampah aja sok jijik.” Cerocos Shila
“Sekarang juga gue hukum loe nyanyi.” Kata Sesil
“Nyanyi lagu apa?” Tanya Bulan
(Mereka berempat pun berunding)
“Nyanyiin lagu burung kakak tua pakek bahasa Sunda.” Kata Prisil
“Gue gak bisa pakek bahasa Sunda, gue bisanya pakek bahasa Inggris. “
Jreng..jreng
Burung kakak cua, hinggap di juendela
Nenek tsudah cua, giginya tcinggal dcua
Lekzum..lekzum lalala
Burung kakak cua
“Emang kayak gitu ya Sil.” Tanya Prisil
“Ya enggak lah begok. Itu sih bisanya dia aja.” Jawab Sesil
“Karna loe gak bisa nyanyi burung kakak tua pakek bahasa sunda,
sekarang gue hukum loe jalan jongkok sampai 30 kali.” Kata Sesil sangar
Bulan pun terpaksa menuruti kemauanan mereka. Dalam hati kalau bukan
karna bisa dapat sertifikat masuk sekolah ini, gak bakalan mau dia di
suruh seperti itu. Ia pun tetap bersabar.
Selanjutnya, Bulan bersama temannya yang bernama Cika itu mesti minta
tanda tangan dari kak Bintang yang merupakan Ketua Osis di SMA itu.
“Ayok lah sama-sama kita minta.” Kata Bulan
“Enggak lah, loe aja Lan, loe liat sendiri kan setiap ada yang mau
minta tanda tangan kakak itu selalu di tolaknya secara kasar.” Jelas
Cika
“Tapi…?” kata Bulan
“Udah, loe aja sana.” Menolak Bulan ke arah kak Bintang
“Misi kak.” Menyentuh bahu kakak itu dengan jari telunjuknya
“Ada apa! Jawab Bintang sinis
“Kak, boleh minta tanda tangannya gak?” kata Bulan
“Kenapa, loe naksir juga sama gue.” Cerocos Bintang
“Ya Allah, kok ada lah cowok senarsis dan sejutek ini.” Katanya dalam hati
“Eh, pakek bengong lagi loe.” Kata Bintang
“Cuma tanda tangan aja apa susahnya sih kak.” Kata Bulan
“(mengambil bukunya Bulan dan merobekkannya menjadi 2 bagian)”
“Ihh… mau aja gue jitak kepalanya.” Katanya dalam hati
“Loh, kok dirobek sih kak.” Dengan muka kesal dan kecewa
Bulan pun mengambil buku yang telah dijatuhkan Bintang tersebut.
Tiba-tiba datang lagi si perusuh yaitu empat sekawan
“Mau minta tanda tangan Bintang?? Ya gak bakalan bisa lah.” Kata Sesil
“Mendingan sekarang loe pijetin bahu gue. Udah pegal-pegal ni gara-gara ngemos kalian.” Kata Bintang
“Iy, sekalian gue juga ya!” Kata Tamara
“Seumur hidup, gue gak pernah mijetin orang. Jangankan orang lain, papa
aja pun gak pernah gue pijetin.” Katanya dalam hati
“Eh, pakek bengong lagi loe, ayo cepat pijetin Bintang sama Tamara sekarang!!” Perintah Prisil
“Iy..iy..” Cemberut
“Kalo loe mau tanda tangan dari gue, loe besok harus pakek baju badut
teletabis dan jadi pelayan pengantar minuman waktu acara besok malam!”
kata Bintang tegas
“Iy.” Suaranya melemas
Sepulang sekolah, ternyata bukan papa lagi yang menjemput dirinya melainkan ibu tirinya itu.
“Sayang, sekolahnya hari ini?” Tanya mama penasaran
“Ya, gitu deh. Masih ada aja yang jaili aku. Lho, kok tante sih yang jemput? Papa mana?” tanyanya
“Iy, mama sekalian ngasi tau kalo mulai hari ini dan seterusnya, mama
yang bakalan ngantar dan jemput kamu dan Rio ke sekolah.” Kata Mama
“Hmm, gak usah deh tante, aku bisa pergi dan pulang sekolah naik angkot.” Jawab Bulan
“Gapapa sayang, lagian butik mama udah ada yang ngejagain.” Sambung Mama
“Udah gapapa tante.”
“yaudah deh.” Balas mama
Akhirnya mereka pun pulang dan sesampainya di rumah, Bulan langsung
masuk ke kamarnya, ganti baju dan duduk di jendela disertai dengan
melamun.
“Ih, kok ada sih cowok yang super nyebelin kayak gitu?” sambil membuka buku
“Loh, foto gue yang di sini mana? Bisa kenak marah lagi deh gue. Pasti
jatuh waktu si cowok nyebelin itu merobek buku gue. Uhh..!” katanya
begitu kesal
“Mana besok gue mesti pakek kostum badut lagi. Sial…sial :(”
Seperti malam-malam sebelumnya, Bulan suka sekali melihat bintang di
teras kamarnya itu. Tapi malam ini ia tak perlu berbaring di rerumputan
lagi untuk melihat bintang. Cukup dengan teropong bintang pemberian ibu
tirinya itu, Bulan bisa melihat bintang seakan lebih dekat.
“Ma, aku bisa melihat bintang itu lebih dekat. Andai mama di samping ku
sekarang, pasti aku akan mengambil satu bintang itu buat mama.” Kata
Bulan sambil menunjuk bintang tersebut
Wah…wah…wah…tampaknya sudah pagi ni. Hmm tapi di pagi yang cerah ini,
wajah Bulan tampak cemberut karna pagi ini ia harus memakai kostum badut
teletabis.
“Pagi ini, gue akan
memperkenalkan badut baru di sekolah ini. Dan dia juga yang akan jadi
pelayan dalam party kita nanti malam. Inilah dia, Bulan…” Kata Bintang
“(hanya bisa pasrah)” Bulan
Malam hari ketika party itu berlangsung, Bulan tampak letih dan lemas.
Akhirnya di tengah-tengah acara, ia pun memutuskan untuk pulang.
Keesokan harinya, ia terpaksa bangun pagi untuk menunggu angkot. Tetapi
angkotnya tak kunjung datang dan ada seorang cowok yang naik kereta
ninja dan berhelmkan hitam, menghampiri dirinya.
“Eh, mau ngasi tumpangan ya?” Tanya Bulan
“(membuka helm)” Bintang
“Eh, ternyata loe.” Bulan kaget
“Sorry ya, gak ada tumpangan buat loe. Da…” Kata Bintang
“Uhh, dasar loe.” Jawabnya kesal
Bulan tampak berlari menuju ke kelasnya karna takut terlambat.
Tiba-tiba saja di depan kelasnya ada seorang cowok yang memberikan ia
minum. Lalu cowok itu pun segera pergi. Setelah di minum, eh ternyata
itu adalah air garam.
“Hahhaha, air garam kok diminum sih? Air garam itu cocoknya buat ngerendam kaki loe.” Kata Bintang.
“Uhhh! Kurang ajar loe!” Kata Bulan kesal
“Ahahaha….ahahaha…” Mereka tertawa terbahak-bahak
Hal itu berlalu begitu saja. Kini saat tiba waktunya istirahat.
Murid-murid pun menanggapinya dengan suka cita. Yee..
Seperti hari
biasanya, setiap jam istirahat, Bulan bersama dengan temannya yang
bernama Cika itu untuk makan di kantin. Ternyata tak diduga-duga, Bulan
ketemu lagi sama si cowok yang super nyebelin itu. Hhehe, apa gue
bilang, kalo jodoh itu memang gak ke mana Lan. Hheehe…cerocos si
penulis.
“Ih, di mana-mana ada dia. Dia itu selalu membuat hari-hariku tak tenang.” Cerocos Bulan
“Eh, sini loe!” Seru Bintang
“Siapa? Gue?” Tanya Bulan
“Yaiyalah, emang siapa lagi?” jawab Bintang sinis
Bulan pun berjalan menghampiri Bintang dengan perlahan.
“Apa loe, pasti loe mau ngerjai gue lagi kan? Awas loe ya.” Ancam Bulan
“Ini ni, orang yang selalu negative thinking. Gue tu berniat baik mau
minta maaf sama loe. So, gue mau neraktir loe hari ini. Sekarang, loe
duduk di sini ya?” Kata Bintang
“Loh, kok lengket ya? Gue gak bisa berdiri ni. Uhhh robek jadinya rok gue. Dasar loe.” Sambil mencoba berdiri
“Ahahaha…rasain loe.” Bintang dan kawan-kawan tertawa tak hentinya
“Awas loe.” Kata Bulan sambil berlari menuju ke kamar mandi
Malam harinya usai makan malam, papa menanyakan tentang keadaan Bulan
di sekolah barunya itu. Dia pun mengatakan kalo dia udah gak tahan lagi
berada di sekolah itu karena selalu di jaili sama kakak kelasnya. Dia
memutuskan untuk pindah sekolah. Namun, tampaknya Bulan mesti berpikir
dua kali untuk pindah sekolah di Jakarta. Hal ini karena ia juga
memikirkan kebahagiaan papanya. Baginya biar pun di sini tapi kalo
selalu bersama, itu udah lebih dari cukup. Akhirnya keinginan itu tak
terwujud. Ia terpaksa menerima kenyataan itu.
bersambung...
mau tau dan penasaran sama sambungan ceritanya?
so, tetap stay di sini ya...
jangan sampai ketinggalan. Ok... ^_^
mau tau dan penasaran sama sambungan ceritanya?
so, tetap stay di sini ya...
jangan sampai ketinggalan. Ok... ^_^
0 komentar:
Posting Komentar