Tapi semua masalah itu terpecah sudah sebab
mereka baru menyadari betapa pentingnya arti sahabat itu dan juga mereka baru
sadar kalo selama ini, mereka telah berbuat zinnah. Mereka berkata seperti itu
karena sempat terbayang dan selalu terpikir sosok ikhwan tersebut.
“Udah ah, gak usah ingat-ingat
itu lagi.” Kata Chaca kesal
“Ia, karna jika masa lalu itu
di ingat kembali, itu hanya sia-sia dan hanya menimbulkan yang namanya DOSA,”
Ceramah Indri.
“Hhahahaha….” Celotehan mereka
pun terdengar seantero ruang tamu rumah Shinta.
“Besok kita udah masuk sekolah
ya, gak terasa kita sekarang udah duduk di kelas XI. Hmm, padahal rasanya
baru..aja kelas X.” Sambung Chaca.
“Tapi aku gak mau pisah sama
kalian.” Cerocos Charon dengan tampang sedih.
“Ia, kami juga.” Jawab Indri,
Chaca, Putri dan Shinta dengan serentak sambil sejenak berpelukan.
“Kita kan masih satu sekolah
jadi jangan takut dong, selama kita tetap selalu kompak dan bersama pasti kita
bisa walaupun udah gak sekelas lagi. Yang penting komunikasi tetap terjalin.”
Ceramah Sang Ustadjah Putri :)
“Ia, betol tu Put.” Jawab
Chaca.
Keesokan harinya mereka membuka lembaran
baru. Layaknya buku baru yang masih bersih tanpa coretan-coretan pena. Di sana
ternyata telah berkumpul ke lima sahabat itu menanti pengumuman jurusan dan
kelas yang akan mereka tempati masing-masing. Setelah pengumuman itu di
tempelkan di mading sekolah, perasaan sedih menyelimuti hati mereka. Ternyata
mereka berpisah kelas. Charon dan Shinta di IPA1 sementara Chaca dan Indri di
IPA2 dan Putri malah tercampak di IPA3. Saat itu perasaan mereka kacau balau.
Di satu sisi senang karna masuk jurusan IPA, di sisi yang lain sedih karna
terpisah kelas. Tapi ya mau gimana lagi, itu udah keputusan para Guru.
Hari demi hari telah mereka lewati dengan
mulus dan lancar. Mereka tetap selalu bersama ketika jam istirahat dan sepulang
sekolah, mereka selalu ke tempat hank-out biasa, yaitu di café depan sekolah.
Tapi hal itu tak berlangsung lama, sebulan kemudian mereka jadi jauh. Mereka
jadi sibuk dengan tugasnya masing-masing. Indri, Shinta dan Chaca sibuk dengan
organisasi dan les, sementara Putri sibuk dengan urusannya pribadi, gak tau deh
ntah apa itu, sementara Charon tampaknya sekarang lebih suka menyendiri.
Semakin hari kesibukan itu mulai lebih menumpuk di hadapan mereka. Terpaksa
mereka jadi jarang ketemuan lagi. Jangankan mau ketemu yang beda kelas, ketemu
sahabatnya yang kelasnya sama dengan mereka pun susah banget. Begitu juga yang
di rasakan Charon. Tampaknya Charon merasa sekarang ia di asingkan oleh
sahabatnya sendiri. Sekarang Shinta lebih akrab dengan anak-anak X2 yang dulu.
Hari-hari Charon ketika di kelas sangat membosankan, apalagi jika tak ada guru
yang masuk ke kelas. Gak ada lagi cerita bareng, gak ada lagi ngumpul bareng.
Semua telah musnah. Memang semenjak ia memutuskan untuk gak berorganisasi lagi,
ia merasa sangat bosan karna hari-harinya sekarang hanya dihabiskan di sekolah,
rumah dan rumah sakit. Ternyata alasan Charon selama ini memutuskan untuk tidak
berorganisasi lagi karna orang tuanya sudah mengetahui kalo ia selama ini
mengidap penyakit kanker darah. Kedua orang tua Charon khawatir akan
kesehatannya, dokter mengatakan kepada kedua orang tua Charon bahwa sisa
waktunya hanya tinggal 49 hari lagi. Maka dari itu mereka meminta Charon untuk
menghentikan semua aktivitas di sekolah dan mulai fokus untuk kemoterapi. Sudah
lama sebenarnya Charon mengidap penyakit ini, tapi ia gak mau memberitahukannya
ke siapa pun karna itu hanya akan membuat orang-orang di sekitarnya jadi sedih.
Bahkan sahabatnya juga tak mengetahui ketika ia mimisan atau hal lainnya.
Itulah sangkin sibuknya mereka sampai lupa dengan sahabatnya yang satu ini.
Hari ini tak seperti biasa,
tepat jam 07.30, Charon masih belum berada di sekolah. Pada saat itu, masuklah
Nanda sang ketua kelas dan berdiri di depan kelas untuk mengatakan suatu hal
yang penting.
“Diam sebentar teman-teman,
aku bawa berita sedih ni.” Kata Nanda dengan muka lemas
“Ada apa Nda?” Tanya Shinta
“Ini lho, aku dapat kabar dari
guru BP, katanya Charon masuk rumah sakit.”
“Apa!! Kapan Nda? Gimana
kabarnya sekarang?” Tanya Shinta cemas
“Aku jugak gak tau pasti sih
Shin, aku Cuma dapat informasi kayak gitu. Katanya dia dirawat di Rumah Sakit
Sari Husada. Bagaimana kalo kita kutip uang untuk beli buah yang akan dibawakan
ke rumah sakit, setuju gak?” Tanya Nanda pada semua temannya.
“Setuju.” Serentak siswa-siswi
IPA1
Di situ mereka pun
mengumpulkan uang untuk menjenguk Charon di rumah sakit usai pulang sekolah
nanti.
Saat-saat jam pelajaran,
Shinta gelisah dan tak tenang. Ia selalu saja memikirkan sahabatnya itu. Di
dalam hatinya ia juga merasa bersalah karna selama ini udah gak tau gimana
keadaan sahabatnya itu.
Usai pulang sekolah, mereka
segera menuju ke rumah sakit Sari Husada dan langsung menuju ruangan tempat
Charon di rawat.
“Charon.., kamu kenapa? Kok
sakit gak bilang-bilang sama aku. Maaf ya kalo selama ini aku udah cuek banget
sama kamu.” Cerocos Shinta sambil menangis
“Ia, aku gapapa kok, cuma
kecapek’an aja makanya jadi gini deh.” Jawab Charon sambil tersenyum
“Betol.” Shinta memastikan
“Ia dan satu lagi, makasih ya
teman-teman semua karna udah ngejenguk aku di sini. Semoga Allah membalas
kebaikan kalian.” Kata Charon
“Ia, aamiin.” Jawab Nanda
mencoba mewakili jawaban teman-temannya
“Shin, mana yang lain? Indri,
Chaca sama Putri mana?” Tanya Charon
“Oh, mereka..” Shinta diam
sejenak
“Mereka kenapa?” Tanyanya
balik
“Mereka gak bisa datang Char,
lantaran aktivitas mereka hari ini yang super duper sibuk.” Jawab Shinta
“Oh, segitu sibuknya ya mereka
sekarang?”
“Hmm, ia Char.” Jawab Shinta
“Gak bisa apa mereka luangkan
waktu sebentaaaaar aja buat liat aku.” Kata Charon dalam hati
“Char, kamu kenapa?” Tanya
Nanda
“Ee…enggak, aku gapapa.” Jawab
Charon gagap
“Oh, yaudah deh, kami permisi
pulang dulu ya. Semoga Charon bisa cepat sembuh.” Kata Nanda
“Ia. Amiiin, makasih ya
semuanya?” jawabnya tersenyum bahagia J
“Ia, kami pulang dulu ya Char.
Dha..dha..” cerocos Shinta
“Dha.” Jawabnya pelan
Setelah semua teman-temannya pulang, ia pun
kembali merenung, “kenapa ya sahabatku sekarang berubah total?” Ia tetap masih
bertanya-tanya dalam hati sampai membuat ia semakin lelah dan akhirnya tertidur
lelap dalam ruangan tersebut.
Keesokan harinya, ia diperbolehkan pulang pada
dokter yang menanganinya. Papa dan Mama Charon pun merapikan pakaian dan siap
untuk menuju ke rumah. Saat tiba di rumah, waktu masih menunjukkan tepat jam
06.50 WIB. Charon berfikir masih ada waktu untuk pergi ke sekolah walau Papa
dan Mama tak mengijini ia ke sekolah, tapi permintaan Charon sejak dulu hingga
sekarang memang tak bisa diganggu gugat. Ia pun mandi dan segera pergi ke
sekolah.
“Eh, akhirnya sahabatku masuk
kembali.” Kata Shinta
“(tersenyum tanpa kata-kata)”
Charon
“Charon, aku kangen samamu.”
Cerocos Rina teman sekelasnya
“Aku juga.” :)
“Lho, udah sembuh? Cepat kali
masuk sekolah Char, kan Charon masih sakit.” Tanya Nanda
“Ia ni di rumah sakit gak
enak, mending aku sekolah, kan biar bisa ketemu sama kalian semua, lagian aku
cuma sakit biasa kok, jadi kalian jangan khawatir dengan keadaanku. Insyaallah
aku baik-baik aja.” Katanya seolah ia kuat.
“Eh, jangan ngobrol aja dong.
Ingat gak hari ini hari apa?” Sambung Rina
“Ya ingatlah, hari ini kan
hari senin. Emang ada apa Rin dengan hari ini?” Tanya Shinta penasaran
“Yaelah Shin..Shin, kau ni
masih muda tapi udah pikun ya. Hari ini kan petugas upacaranya kelas kita.”
Jawab Rina
“Apa?! Aduh, siapa yang mau
bacakan Undang-Undang Dasar?” kata Shinta
“Yaudah, gitu aja kok panik,
aku aja deh.” Tawar Charon
“Tapi Charon kan masih baru
baik sakit?” Tanya Shinta
“Aku udah sembuh. Udah, gapapa
kok.” Jawab Charon
“Yaudah deh, sekarang kita ke
lapangan upacara yuk.” Kata Nanda
“Ayuk..” Jawab mereka
serentak.
Upacara pun dimulai, sampai pada akhirnya tibalah saatnya Charon membacakan UUD
1945. Tapi pada saat itu ketika Charon memasuki alinea ke-2, ia terjatuh dan
pingsan. Pada saat itu upacara pun dihentikan dan para guru segera menelpon
orang tua Charon kemudian membawanya ke rumah sakit. Di situ Indri, Chaca,
Putri dan Shinta sontak kaget. Apalagi Indri, Chaca, dan Putri yang selama ini
tak tau kabar bahwa Charon baru baik sakit lantaran kesibukan mereka. Melihat seperti
itu mereka langsung permisi dengan wali kelas untuk pergi ke rumah sakit
melihat sahabatnya itu.
Saat berada di rumah sakit mereka langsung menanyakan bagaimana keadaan Charon
dengan dokter yang merawatnya.
“Dok, bagaimana keadaan sahabat
kami?” Tanya Indri, Shinta, Chaca dan Putri dengan meneteskan air mata.
“Kalian kan sahabatnya, apa
selama ini Charon gak bilang tentang penyakitnya sama kalian?” Kata Dokter
“Enggak dok, mungkin karna
kami selama ini terlalu sibuk dengan urusan kami masing-masing, sampai-sampai
gak ada waktu lagi buat ngumpul bareng.” Kata Chaca
“Emang apa yang terjadi dengan
Charon dok?” Indri menangis
“Selama ini, Charon telah
mengidap penyakit kanker darah yang sekarang sudah masuk stadium akhir.” Kata
dokter serius
“Apa, dok?” Indri, Chaca,
Shinta dan Putri tak henti-hentinya menangis
“Hidupnya hanya 49 hari dan
yang tersisa tinggal 2 hari lagi?” Kata Dokter sambil menghelakan napas.
Usai bertanya, mereka langsung
pergi ke ruangan tempat Charon di rawat.
“Selama ini kita udah
terlampau sibuk dengan urusan kita masing-masing sehingga waktu untuk ketemu
dan bahkan hanya sekedar mengobrol pun gak sempat.” Kata Putri menyesal
“Ia, aku nyesal dengan
semuanya. Andai waktu bisa terulang kembali, akan ku luangkan hari-hariku demi
menjaga dan merawat Charon.” Sambung Indri
“Sekarang semua hanya sia-sia
untuk disesali. Yang harus kita perbuat sekarang yaitu bagaimana kita mampu
membuat hari-harinya jadi indah dengan kehadiran kita yang selalu ada di
sisinya.” Kata Shinta
“Mulai sekarang, kita hentikan
urusan dan organisasi di sekolah demi sahabat terbaik kita, sepakat?” Tanya
Chaca
“Iya.” Menjawab serentak
Pagi hari yang cerah ini, saat sang mentari menerangi dan menerobos ruangan
Charon dengan sinar indahnya, tapi tampaknya sang mentari sia-sia saja karna
sosok Charon yang selama ini periang masih aja betah terbaring dari tempat
tidurnya. Matanya sayup dan tampaknya ia lagi merenungi sesuatu. Mungkin
melihat betapa indahnya dunia ini yang sebentar lagi akan segera ia tinggalkan.
Saat itu, dokter masuk ke ruangannya untuk mengecek keadaannya. Lalu tinggallah
ia sendirian di ruangan itu. Mama pergi buat beli makanan. Sementara papa pergi
kerja agar bisa membayar administrasi perawatan Charon. Tak berapa lama
kemudian, terdengar suara telapak kaki yang seakan mengarah menuju ruangan
Charon dan ternyata suara kaki itu adalah suara kaki ke empat sahabatnya.
Charon sangat senang karna mereka bisa kembali kumpul dan ngobrol bareng meski
hanya di rumah sakit. Hari itu pun menjadi hari yang sangat di nanti-nanti oleh
Charon. Saat mereka makan bareng, main tebak-tebakan, pokoknya banyak lagi deh
yang mereka lakui di hari itu.
Malam harinya Charon merasa gak sanggup lagi, saat itu pula ia mengambil selembar
kertas dan menuliskan kata demi kata pada lembaran kertas tersebut
Usai menuliskan surat itu, ia
tertidur pulas dan terbangun kembali pada pagi harinya tepat pukul 07.00 WIB.
Saat itu ternyata ke empat sahabatnya itu telah menunggu ia di depan ruangannya.
Mereka sebelumnya telah meminta izin dengan Mama dan Papa Charon bahwa mereka
ingin membawa Charon ke suatu tempat yang indah.
Setelah tiba di sana, Charon
tak menyangka kalo temannya akan membawa ia ke tempat yang seindah itu, yaitu
di taman bunga. Memang selama ini Charon pengen banget ke tempat itu tapi karna
selama ini sehabis pulang sekolah selalu harus kemotrapi jadi gak bisa singgah
ke taman itu. Di 3600 detik itu, Charon bersama sahabatnya menghabiskan waktu
di taman itu. Tiba-tiba darah pun menetes ke bajunya dan ia pun pingsan. Indri,
Chaca, Shinta dan Putri segera membawanya ke rumah sakit dan ternyata dokter
mengatakan bahwa udah gak ada harapan, Charon telah berpulang ke Rahmatullah.
Sontak keadaan saat itu penuh haru. Tak sengaja Putri melihat di meja ada
selembar ketas dan ia pun mengambilnya.
Dear Semua,
Mungkin aku udah gak sanggup lagi buat hidup lebih lama lagi. Mungkin Allah
telah menakdirkan kalo hidupku berakhir sampai di umurku yang ke-17 tahun aja
kali ya. Aku mengucapkan beribu-ribu terima kasih buat Mama dan Papa yang
selama ini udah setia dan tak pernah lelah merawat aku. Satu kata yang dari
dulu ingin ku sampaikan pada kalian, “Ma, Pa, aku sayang kalian melebihi diriku
sendiri. Jangan sedih bila aku tak ada lagi mengisi hari-hari di Istana kalian
karna aku selalu akan tetap berada di hati kalian.”
Buat sahabatku, Indri, Chaca, Shinta dan Putri, maaf kalo selama ini aku gak
pernah kasi tau ke kalian tentang penyakit aku ini. Aku hanya gak mau membuat
kalian sedih. Satu hal yang ingin aku bilang sama kalian “ jangan pernah lagi
terpisah gara-gara hanya satu persoalan saja. Sering-seringlah berkomunikasi.
Aku sayang banget sama kalian.”
Tertanda Charon
Semua menangis membaca surat itu. Itulah kata-kata terakhir yang Charon buat
untuk semua yang telah menyayanginya sebelum akhirnya ia pergi untuk
selama-lamanya.
0 komentar:
Posting Komentar