Minggu, 30 Maret 2014

Hanya Bayangan Semu

Suatu hari, Rina bersama teman sekelasnya mengadakan study tour ke sebuah hutan. Di sana mereka di tuntut untuk meneliti spesies tumbuhan-tumbuhan langka. Mereka di pandu oleh pak Suryo yang merupakan salah satu penduduk di daerah tersebut. Setelah pak Suryo memberikan pengarahan, mereka pun mulai masuk ke daerah hutan. Mereka pun bertanya-tanya mengenai tumbuhan yang ada di sana dengan pak Suryo. Tak terasa ternyata mereka sudah berjalan sejauh 1.250 m. Rina dan teman-temannya sudah merasa kelelahan. Untungnya di penghujung jalan ada sebuah posko, mereka pun memutuskan untuk beristirahat di sana.
 Sepuluh menit berlalu begitu cepat, mereka pun memutuskan untuk mengakhiri penelitian dan menuju ke luar area hutan. Namun ternyata, cuaca saat itu tidak mendukung untuk melanjutkan perjalanan. Mereka akhitnya menunggu beberapa menit sampai hujan berhenti. Sembari  menunggu berhentinya hujan, mereka pun sempat berfoto di posko itu dan tak terasa hujan pun berhenti dan mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Tidak jauh dari posko tersebut, Rina melihat ada sebuah gang kecil yang di dalamnya terdapat tumbuhan yang sangat jarang di lihatnya. Karena merasa penasaran dengan gang dan tumbuhan itu, dia pun masuk ke gang itu tanpa diketahui oleh teman sekelasnya. Semua teman sekelasnya dan juga pak Suryo, terus berjalan sampai pada akhirnya setelah mereka sampai di luar area hutan, mereka pun baru menyadari bahwa teman mereka yang bernama Rina tidak bersama mereka. Semuanya panik mencari Rina. Sementara Rina yang berada di gang itu, dia sedang asyik mengambil gmbr tumbuhan itu.
“Asyik, akhirnya aku dapatkan juga tumbuhan ini.” Katanya dengan begitu kegirangan.
“Teman-teman, lihat tumbuhan ini, begitu unik kan??” kata Rina sambil di dalam hati dia baru menyadari bahwa dia di tinggal dari rombongannya.
“Teman-teman, kemana kalian?” ia terus mencari
Tidak satu orang pun menyahut pembicaraannya. Ia semakin panik dan takut karna pada saat itu yang terdengar cuma suara kelelawar.
“Gimana ini, aku takut kali, mana di sini gak ada sinyal lagi, bagaimana caranya aku meminta bantuan untuk bisa  keluar dari hutan ini??”  tanyanya dalam hati sambil terus berjalan mencari jalan keluar.
 Hari pada saat itu sudah mulai petang, dan suasana hutan semakin terlihat menyeramkan. Dia pun berdo’a dalam hati semoga dirinya dapat keluar dari hutan itu. Ia menangis sangkin takutnya dirinya berada di hutan itu sendirian. Karena Rina banyak berhalusinasi tentang hantu, jadi sepintas ia seperti melihat sosok bayangan perempuan yang berambut panjang dan memakai baju putih seakan ingin mencekik dirinya.
Sementara itu teman sekelas dan juga guru Rina, terus mencari Rina, walaupun pada saat itu keadaan hutan sangat gelap. Untung saja mereka telah membawa senter dari rumah. Saat itu salah seorang teman Rina yang bernama Cika, mendengar sebuah tangisan di gang kecil itu.
“Teman-teman, kayaknya di gang itu akk dengar suara tangisan dech, coba lihat ke arah sana yuk.” Ajak Cika.
Semuanya langsung masuk ke gang kecil itu dan akhirnya mereka pun berhasil nemui Rina. Tapi sayangnya pada saat ditemukan, Rina tampak pingsan karena sangkin takutnya. Mereka pun segera membawa Rina menuju keluar hutan. Setelah sampai di luar hutan, Rina langsung di bawa masuk ke dalam bus. Dan di dalam bus, guru-guru dan teman-temannya pun menenangkan Rina.
Semua masalah telah selesai, akhirnya Rina bersama rombongan memutuskan untuk pulang. Dan perjalanan ini pun menjadi  sebuah perjalanan yang tak akan di lupakan oleh Rina.


Jumat, 21 Maret 2014

Tak Ku Duga




Melangkah dengan pasti masuk ke gerbang menuju ruangan kelasku yang jaraknya lumayan jauh dari gerbang depan. Ketika sampai di depan kelas, aku langsung di sambut dengan hawa yang sejuk di pagi hari bercampur dengan debu-debu ruangan. Sampah masih berserakan di lantai dan papan tulis putih masih bercap tulisan dengan spidol hitam bekas pelajaran kemarin. Sebelah kiri dekat pintu aku langsung dapat bercermin dan melihat impian kelima temanku yang mereka tempelkan di dinding dekat cermin. Kemudian paling ujung sebelah kiri, langsung tertangkap oleh mataku sebuah kursi dan meja guru yang beralaskan kaca dihiasi dengan bunga merah muda dan vas bunga yang terlihat elok namun aneh karena tidak tertata dengan rapi. Selain itu di dinding dekat meja dan kursi guru juga terdapat kalender dan jadwal piket maupun roster pelajaran serta jadwal les yang dimulai dari hari senin sampai hari kamis.
Ruangan ini sebenarnya cukup luas. Kira-kira berukuran 8x9 m2  namun, akibat meja dan kursi siswa yang tidak tertata dengan rapi dan teratur, ruangan ini jadi tampak terlihat sempit.
Jendela-jendela kecil di dinding yang berseberangan dengan pintu masuk dan meja guru ini ditutupi tirai merah muda yang bentuknya tidak beraturan dan tampak usang karena jarang dicuci.
Di atas ruangan bergantungan dua lampu neon kecil model sekarang yang membuat ruangan ini cukup terang serta sebuah infokus yang berada di dalam jerjak besi. Ketika ku arahkan pandanganku ke depan, ku lihat sesosok tubuh yang bervariasi mengumpul melihat suatu objek dan tampak sibuk menggoyangkan sebuah pena di atas sebuah kertas putih. Aku melangkah menuju ke arah mereka, aku pun bertanya pada temanku yang bertubuh gemuk dengan kepala kecil, mata standart, wajah yang sedikit dihiasi dengan bintik-bintik kecil berwarna merah, perut buncit serta kaki yang pendek. Ia mengatakan bahwa hari ini tugas Biologi segera dikumpul sebelum istirahat. Saat itu, aku lansung meletakkan tasku ke kursi dan segera mengambil buku Biologi. Aku pun melangkah dengan tergesa-gesa dan ikut bergabung dengan sesosok tubuh yang bervariasi tersebut untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu objek itu secara berjamaah. Ku buka buku Biologi ku dan aku mulai mengerjakannya.
Ketika di tengah-tengah perjalanan menuju akhir penyelesaian sebuah objek tersebut, ku sempatkan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 07.20 yang kebetulan letak  jam dinding itu diapit oleh dua gambar yaitu gambar presiden dan wakil presiden Indonesia.
Aku baru menyadari bahwa hari ini adalah hari rabu. Menset ku langsung berubah, dengan cepat aku mengambil sapu dan membersihkan debu-debu dan sampah-sampah yang masih berserakan di lantai. Pikiranku tak tenang, selalu terbayang objek itu tapi bagaimana lagi? mau tidak mau aku juga harus melaksanakan piket hari ini. Saat itu aku hanya pasrah dan berharap sesosok lelaki bertubuh gemuk namun kecil dengan kepala botak, mata seperti orang korea, serta perut buncit itu tidak datang hari ini. Aku melanjutkan piketku hingga selesai.
Tiba-tiba seorang guru masuk ke kelasku dan ia mengatakan bahwa guru Biologi tak dapat hadir pada hari ini lantaran ada urusan yang belum diselesaikannya. Wah, saat itu perasaanku yang tadinya gelisah menjadi lega dan senang ketika mengetahui sesosok tubuh tegap itu tidak datang. Itu artinya, tugas itu tidak dikumpul hari ini dan tak ada satu pertanyaan pun yang keluar dari mulut pria paruh baya itu.