Selasa, 02 September 2014

Indah Pada Waktunya




Saat ku termenung
Di balik kesunyian dan sejuknya sore itu
Terbesik dalam benakku
Sebuah harapan kehidupan suci
Harapan yang tak pasti arah dan tujuannya

Aku bimbang dan gelisah
Bagai memikirkan sebuah integral
Integral yang sangat sulit untuk di pecahkan
Integral yang membuatku
Seperti sebuah udara yang membawa pasir putih ke ufuk barat

Mungkin, saat itu aku harus bersabar
Menunggu saat yang bahagia itu
Muncul di langit biru
Bagai sebauh pelangi indah
Berwarna penuh makna
Yang membawa harapan itu
Menjulang tinggi di angkasa
Itulah yang ku sebut
Indah pada waktunya


Perpisahan



Saat gurauan tak lagi menggeliti hati
Jangan hapus memori
Memori yang masih terngiang di kepala kami

Rasanya, baru saja kemarin
Abang dan kakak membina kami
Membina untuk menjadi mahasiswa yang disiplin dalam segala hal
Mahasiswa yang beretika
Mahasiswa yang kuat
Di saat tantangan dan rintangan menghadang di depan mata
Mahasiswa yang punya semangat dan jiwa kepemimpinan

Ya, gerbang, selasar, dinding...
Menjadi saksi bisu
Jika di sini abang dan kakak pernah ada di antara kami
Mengisi hari-hari kami dengan segudang nasehat yang membangkitkan hati

Di sinilah awal sayap-sayap kecil abang dan kakak belajar mengepak arah
Kini abang dan kakak telah terbang mengawan
Perlahan menggapai asa
Dengan pundi-pundi ilmu
Yang diberikan oleh pendidik-pendidik kita
Selamat kami ucapkan buat abang dan kakak yang telah lulus

Bulan demi bulan berganti
Begitu banyak kenangan yang telah kita ukir bersama...
Apakah kita akan melupakannya?
Kenangan demi kenangan pun terukir dilubuk hati yang terdalam
Biarkanlah menjadi memori yang takkan terlupakan
Selamat jalan semuanya
Terima kasih kami atas semua jasa dan nasihat yang telah abang dan kakak berikan
Terima kasih kami atas segala ilmu yang pernah kau ajarkan...

Selamat tinggal nostalgia kemenangan
Yang kan mencatat hitam dan putih hari-hari terlewat
Kenangan terbingkai tanpa ada yang melukisnya
Jika ada yang terlanjur tumbuh didada kita
Jadikanlah ia kenangan yang tak pernah padam

Kini terimalah sedikit doa kami…
Semoga abang dan kakak berhasil dalam setiap langkah yang abang dan kakak jalani..
Semoga tuhan kan selalu bersama abang dan kakak
Berangkatlah abang dan kakakku tersayang
kejarlah matahari
Kejarlah cita-citamu
Doa kami bersamamu






Kamis, 12 Juni 2014

Only One Part II



Keesokan harinya, kebetulan karena hari ini Bulan libur dan mama tirinya itu mesti mengantarkan Rio ke sekolah, mama meminta tolong kepada Bulan untuk mengantarkan Brownies pesanan rumah sakit Sari Husada untuk anak-anak penderita kanker. Ia pun mengantarkan pesanan itu dan memberikannya kepada suster yang bekerja di situ dan sekilas ia melihat anak-anak penderita kanker itu sedang asyik bernyanyi bersama seorang badut Teddy Bear.

“Kasian banget ya mereka. Di usia mereka yang masih begitu belia, mereka harus menanggung sakit yang begitu parah.” Kata Bulan dari kejauhan

 “Badut itu baik banget ya, dia bisa membuat anak-anak itu tertawa. Hmmm, andai Bintang sebaik badut itu. Ihh, jangan-jangan, gue gak boleh memikirkan dia.” Kata Bulan
Badut itu duduk dan membuka kostum badutnya. Ternyata yang jadi badut itu adalah Bintang, cowok yang dianggapnya soper duper nyebelin.

 “Aaa, gak salah liat ni gue? Itu kan Bintang?” katanya sambil menepuk-nepuk pipinya.

 “Iya, itu beneran dia. Ohh, gue punya ide ni, gue bakalan buat dia nyesal udah ngerjai gue!” katanya sambil tersenyum

Ketika mau ke luar dari rumah sakit itu, Bulan bertemu lagi sama suster yang tadi. Dia pun bertanya mengenai Bintang kepada suster itu.

 “Sust, adik saya besok mau ulang tahun, kira-kira mau gak badut yang di sebelah sana itu mengisi acara ulang tahun adik saya?” Tanyanya basa-basi.

“Oh, ya gak bisa lah mbak. Dia itu bukan badut tapi dia itu adalah mas Bintang. Satu-satunya putra Sulung dari pak Doni dan bu Risma, seorang pengusaha terkaya di sini.” Jelas Suster.

“Oh, gitu ya sus. Jadi, kenapa dia mau jadi badut untuk menghibur anak-anak itu?” Tanya Bulan penasaran.

“Ya tau sendiri lah mbak, mas Bintang itu sering merasa kesepian di rumah karena orang tuanya selalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing maka dari itu, setiap hari usai pulang sekolah, mas Bintang selalu ke sini untuk menghibur anak-anak itu.” Kata Suster.

            “Oh, yaudah deh. Makasih ya sust.” Kata Bulan.

            “Sust, saya boleh nanyak lagi gak?” Tanya Bulan.

            “Oh, boleh mbak. Silahkan.” Kata Suster.
            “Kalo mau jadi donator dan mau menghibur anak-anak itu gimana caranya sust?” Tanya Bulan.

            “Oh, itu sih gampang aja mbak. Mbak cukup sering-sering aja datang ke sini terus kalo ada mainan-mainan yang masih bagus dan sudah tidak dipakai lagi, bawa aja ke sini mbak.” Kata Suster.

            “Hhmm, sekali lagi makasih ya sust. Besok saya akan balik lagi ke sini. Permisi sust?”

            “Ia mbak.” Kata Suster.

Keesokan harinya sesuai dengan janjinya, ia kembali lagi ke rumah sakit itu membawa banyak mainan untuk anak-anak penderita kanker itu.

            “Selamat pagi anak-anak?” Kata Suster.

            “Pagi sust.” Jawab mereka serentak.

            “Pagi ini dan seterusnya kalian akan di temani sama kakak ini.” Kata Suster.

            “Iya, salam kenal ya? Ni mainan buat kalian.” Kata Bulan.

            “Yee.” Jawab mereka serentak.

            “Ih, mampus deh gue, bisa ketauan ni gue.” Kata Bintang dalam hati.

            “Hmm, hai badut. Nama aku Bulan. Nama kamu siapa?” Tanya Bulan.

            “Hmm, nama aku badut.” Jawab Bintang.

            “Loh, kok badut. Maksudnya nama asli kamu.” Katanya.

            “Pokoknya nama aku badut.” Kata Bintang.

            “Salam kenal ya.” Kata Bintang.

            “Iya.”

            Mereka pun bernyanyi dan bermain dengan anak-anak penderita kanker itu.

           “Hmm, kamu kenapa mau jadi donator di sini?” kata Bintang.

           “Iya, soalnya aku punya adik yang seumuran mereka, jadi kalo ngeliat mereka aku ngerasa seperti ngeliat adik aku sendiri. Hmm, kalo kamu kenapa?” Kata Bulan.

           “Kalo aku memang suka banget sama anak kecil dan aku lebih suka di rumah sakit daripada di rumah karna di rumah aku selalu ngerasa kesepian.” Kata Bintang.

            Dalam hati Bulan dan Bintang, mereka sama-sama tak menyangka semua ini akan terjadi. Bulan yang tadinya menganggap Bintang di sekolah super-duper nyebelin kini berubah menjadi sosok cowok yang baik dan menyenangkan. Begitu juga sebaliknya, Bintang yang menganggap Bulan adalah musuh terberatnya kini berubah menjadi cewek yang baik dan asyik di ajak cerita.

            Seiring waktu telah mereka lalui bersama di rumah sakit, timbullah rasa yang tadinya benci menjadi benar-benar cinta. Ketika di sekolah mereka juga saling malu-malu gak jelas itu. Hhehe
Apalagi ketika Bulan lewat dari depan kelas Bintang. Memang ya, tak bisa di pungkiri, cinta bisa mengubah segalanya. Kini hari-hari Bintang pun tampak lebih berwarna karna kehadiran Bulan. Namun, Bintang masih belum berani untuk mengatakannya.

            Tak seperti hari biasanya. Ketika Bulan sengaja melewati kelas Bintang, tapi ternyata Bintang sampai hari itu masih belum masuk ke sekolah. Karna ia merasa penasaran, akhirnya Bulan pergi ke rumah sakit untuk menanyakan keberadaan Bintang kepada suster yang biasa itu.

           “Sust, suster tau gak Bintang ada di mana?” Tanya Bulan.

           “hmm.” Suster itu diam sejenak.

           “Sebenarnya sih saya gak boleh memberitahukannya kepada siapa pun.” Kata Suster.

           “Tolong saya lah sust.” Bulan memohon.

           “Tapi, mbak jangan mengatakan bahwa saya yang telah memberitahukannya.” Kata Suster.

           “Iya sust, saya janji.” Kata Bulan.

           “Sebenarnya selama ini mas Bintang itu menderita penyakit kanker mbak dan sekarang sudah stadium lanjut. “ kata Suster.

           “Apa sust, kenapa selama ini dia gak ngasi tau sust?” Tanya Bulan.

           “Dia gak mau kalo orang-orang melihat dia sakit. Dia hanya mau menghabiskan sisa hidupnya untuk menikmati hidup singkatnya itu.” Sambung Suster.

           “Makasih ya sust.” Kata Bulan sambil menangis.

            Ia pun berlari menuju ruangan tempat Bintang di rawat. Saat itu Bulan sangat sedih mendengar cerita itu. Bulan pun masuk ke ruangan Bintang dan ternyata di dalam ruangan itu telah berkumbul dokter, suster, mama dan papa Bintang untuk melihat keadaan Bintang.

           “Bintang, kenapa selama ini loe gak bilang sama gue kalo loe itu sakit. Setidaknya di sisa umur loe ini, gue bisa membuat loe bahagia. Gue telah salah menilai loe.” Kata Bulan menangis tersedu-sedu.

            “Bulan, ngapaen loe di sini. Ma, pa, usir dia sekarang. Aku gak mau dia ada di sini. Cepat pa!” perintah Bintang.

             Bulan pun pulang dengan keadaan menangis dan langsung masuk ke kamar. Melihat keadaan Bulan yang sedang menangis seperti itu, mengundang penasaran mama untuk menanyakan apa sebabnya Bulan menangis.

            “Kamu kenapa sayang. Cerita dong sama mama. Ya setidaknya bisa mengurangi beban kamu.” Kata mama.

            “Ma, apa aku mencintai orang yang salah ya ma.” Sambil menangis.

            “Enggak sayang. Cinta itu gak pernah salah.” Kata mama.

            “Tapi, kalo di novel-novel cinta itu membuat kita bahagia dan tertawa bukan malah membuat kita menangis.” Kata Bulan.

            “Kamu salah sayang. Cinta itu bukan hanya bisa membuat kita tersenyum dan tertawa tapi ada kalanya cinta itu bisa membuat kita menangis karna takut kehilangan dia.” Kata mama sambil mengelus rambut Bulan.

            “Makasih ya ma, mama bisa menyayangi aku sepenuh hati seperti anak mama sendiri. Aku minta maaf jika selama ini aku udah berbuat salah sama mama.” Kata Bulan belum berhenti menangis.

            “Iya sayang. Jauh sebelumnya mama udah memaafkan kamu. Sekarang kamu harus mempertahankan cinta itu.” Kata mama.

            Bulan pun tertidur di pangkuan mama semalaman.

            Pagi itu, Bulan pergi ke rumah sakit dan ketika berada di depan rumah sakit, dia bertemu dengan mama Bintang dan mamanya memberikan kotak kecil untuk Bulan. Ketika di buka, ternyata isinya adalah surat kecil dan 2 foto Bulan yang salah satunya foto Bulan waktu MOS yang hilang itu.


Dear Bulan,
            Terima kasih selama ini telah membuat hidupku lebih semangat walau hanya sebentar mengenalmu, aku tak menyesal. Maaf karna aku sering membuat kamu kesal karna ulahku di sekolah sama teman-teman. Terima kasih karna udah mau lewat di ruangan kelas aku dan singgah di hatiku walau itu hanya sesaat tapi akan ku kenang selamanya. Maaf juga ya kalo selama ini aku diam-diam menyimpan foto ini. Mungkin aku harus pergi tapi ku harap kamu gak pernah menyesal mengenal diriku yang super-duper nyebelin ini. :)
                                                                         

By : Bintang




            Bulan berlari menuju ruangan Bintang tapi dia hanya melihat Bintang dari luar, di balik pintu.

          “Gue gak menyesali semua yang telah terjadi. Gue gak kesal karna loe udah ngerjai gue abis-abisan. Gue gak menyesal berada di samping kamu dan gue akan selalu mengingat itu semua. Loe dengar gue kan Bintang. Bintang tolong jawab gue.” Kata Bulan berteriak dan menangis.

          “Loe akan menjadi cinta pertama dan terakhirku, Bulan.” Jawab Bintang dari dalam ruangan.

          “Huuhuhu…” Bulan menangis tersedu.

          Tapi memang Sang Pencipta telah mempunyai rencana di balik itu semua. Kini semua telah usai. Bintang memang benar-benar meninggalkan Bulan untuk selamanya tapi cinta itu tak kan pernah hilang karna itu adalah Cinta Pertama bagi Bulan dan Bintang yang tak bisa digantikan dengan apapun.

the end


Jalanan menjadikan tangis semua mata, hanya karena sebuah pertemuan.
Tuhan, aku belum bisa menerima kenyataan ini.
Tuhan, aku begitu mencintainya.
Tuhan...
Aku ingin melihat dia, hanya sebatas melihat, bukan menyentuh ataupun memeluk.
Kemudian kisah ini hanya air mata.
Kamu kasih hatiku.
Ini sepenggal surat cintaku yang berahir dengan kematian.

CARA MEMBUAT CERPEN




Cerpen atau cerita pendek adalah tulisan yang menggambarkan tentang kehidupan manusia di suatu tempat dan dalam kurun waktu tertentu. Tulisan ini dibuat pendek, maksimal 20.000 karakter, meskipun sebenarnya bisa dibuat panjang, lebih dari sejuta karakter. Tulisan yang dibuat dengan panjang tidak disebut cerpen, tetapi disebut novel atau biografi. Cerpen memiliki minimal empat buah unsur, yaitu tempat, waktu, pemeran dan peristiwa.
Tak ada batasan yang pasti tentang tempat, tetapi cerpen yang baik hanya menggambarkan peristiwa di sebuah tempat, tidak menggambarkan peritiwa di tempat lain, meskipun keduanya saling berhubungan. Yaitu peristiwa yang dianggap menarik oleh penulisnya untuk disajikan kepada pembaca. Peristiwa itulah yang dijadikan sebagai inti cerita. Inti cerita itu kemudian dikembangkan lagi dengan gambaran lain sebagai pelengkap cerita itu.
Karena hanya menggambarkan inti cerita, maka jumlah pemeran pada sebuah cerpen hanya beberapa orang saja, tidak lebih dari lima orang, yaitu satu atau dua orang sebagai pemeran utama, sedang yang lain hanya sebagai pemeran pembantu. Kalaupun pemeran sampai rbuan orang, tetapi hanya disebut selintas, tidak detail. Misalnya, pemeran utama berorasi diantara rubuan mahasiswa di depan istana negara.
Waktu yang digambarkan dalam sebuah cerpen sangat singkat. Hanya beberapa jam atau beberapa hari saja. Jarang sekali cerpen yang menggambarkan sampai berbulan-bulan, apalagi sampai bertahun-tahun. Kalaupun ada, tetapi hanya disebutkan selintas, misalnya sebulan kemudian atau setahun kemudian. Tetapi cerpen itu tidak menggambarkan prilaku pemeran dalam tahun atau bulan tersebut.
Demikian juga dengan tempat kejadiannya. Tempat kejadian yang digambarkan dalam sebuah cerpen tidak banyak. Hanya beberapa tempat saja. Kalaupun disebutkan, tetapi hanya selintas. Misalnya pemeran utama berlari di sebuah jalan kecil yang dihimpit puluhan rumah, lalu menyebrangi sebuah jalan desa dan sebuah sungai kecil, hingga akhirnya masuk ke dalam sebuah gubug.
Bahasa dalam cerpen tergantung dari golongan pembaca. Untuk pembaca di Indonesia, tentu saja harus dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Namun seringkali bahasa dalam cerpen harus disesuaikan dengan trend. Maka timbulah istilah bahasa gaul. Bahasa yang tidak mencerminkan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tetapi itulah tuntutan. Yang pasti bahasa dalam cerpen harus dibuat singkat, padat dan jelas.

*sumber diambil dari internet