Siang itu
cuaca memang sangat cerah tetapi tak secerah hati seorang siswi SMA yang
bersekolah di salah satu sekolah negeri di daerahnya . Gadis itu bernama Mira.
Ia sedang duduk merenung di bawah pohon yang berada tak jauh dari sekolahnya. Tiba-tiba
terdengar suara orang yang mengejutkannya dari belakang.
“Hay,
kau sendirian?” Kata Dea sambil memukul pundak Mira dari belakang.
“Lho,
muka Mira kok sedih gitu dan kenapa tadi gak masuk sekolah?” Tanya Rina.
“Aku
malu, aku udah tiga bulan nunggak biaya sekolah, kalian tau sendiri kan aku tak
seperti kalian!” jawab Mira dengan mata berkaca-kaca.
“Kau gak
boleh ngomong gitu lah Mir, kalo kau punya masalah cerita lah sama kami. Siapa
tau kami bisa bantu. Kita kan sahabat, jadi apa gunanya sahabat kalo gak bisa
membantu sahabatnya di saat dirinya lagi ada masalah?” Cerocos Wulan
panjang-lebar.
“Adikku
sakit-sakitan, aku gak tau harus nyari uang dari mana buat biaya berobat
adikku.” Katanya sambil mengeluarkan air mata.
“Mira
butuh uang berapa? Kami akan bantu Mira, asal Mira jangan sedih lagi.” Kata
Rani
“Gak,
kalian gak perlu lakukan itu, aku bisa usaha sendiri!!” Kata Mira.
Mira pun lari dan segera
pergi meninggalkan sahabat-sahabatnya.
“Aku
kasian kali lah liat dia. Dia harus cari uang sendiri buat biaya sekolah dan
biaya berobat adiknya.” Kata Dea.
“Oh..Tuhan,
kenapa Kau berikan cobaan begitu berat buat sahabatku?” Kata Rina mengadu
pada-Nya.
“Ia,
hidupnya sekarang sebatang kara semenjak ibu dan bapaknya meninggal.” Sambung
Wulan.
“Kita
harus bertekad untuk membantu Mira. Ayo, bulatkan tekad kita!!!” Kata Rina.
“Yeah..”Suara
serentak mereka terdengar seantero jalan raya.
Mereka
pun menghentikan percakapan sampai di situ dan akhirnya pulang ke rumah
masing-masing.
Di
sebuah gubuk kecil dan kumuh, tampak Desi yang sedang sakit menunggu kakaknya.
Bibirnya terlihat pucat dan dadanya juga sakit karena akibat dari batuk yang ia
derita.
Beberapa saat kemudian,
terdengar suara orang mengucapkan salam dari balik pintu
“Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam.”
Jawab Des
“Gimana
keadaannya Des?” Tanya Mira
“Aku
udah gak apa-apa kok kak.” Jawab Desi sambil terbatuk-batuk
“Kamu
tunggu di sini sebentar ya? Kakak mau cari uang buat beli makanan untuk kita,
kamu istirahat aja dan jangan kemana-mana ya?” Pesan Mira
Mira pun pergi meninggalkan
adiknya sendirian di rumah demi mencari sesuap nasi untuk mereka.
“Aku
memang gak berguna, bisanya cuma nyusahi kak Mira aja! Aku gak boleh berdiam
diri kayak gini. Aku juga harus bantu kakak cari uang.” Katanya dalam hati.
Tanpa
berfikir panjang, Desi pun pergi dari rumah dan berniat ingin mengemis di
pinggir jalan. Tetapi, pada saat itu juga Dea, Wulan dan Rina melihatnya dan
mereka terkejut melihat Desi adiknya Mira sedang di jalanan meminta-minta dan
mereka pun mendatangi Desi.
“Desi
kan lagi sakit, kenapa Desi lakukan ini?” Kata Wulan
“Gak
apa-apa kak, aku berbuat kayak gini karna aku gak mau nyusahi kak Mira terus.”
Jawab Desi dengan muka murung
“Tapi
Desi gak boleh kayak gini, ingat Desi tu lagi sakit. Desi harus menjaga
kesehatan Desi.” Kata Dea
“Iya kak
makasih ya? Tapi kakak janji ya sama Desi jangan bilang ke kak Mira kalo aku
ngemis di jalan, aku gak mau kak Mira marah sama aku.” Kata Desi
“Yaudah,
kakak semua janji deh. Sekarang kita pulang yuk, Desi harus istirahat di
rumah.” Kata Rina
Mereka
pun membawa Desi pulang ke rumah. Sedangkan Mira tetap saja berusaha mencari
pekerjaan untuk membiayai sekolah dan obat adiknya. Tapi usahanya sia-sia, dia
terlihat sangat lelah dan duduk di pinggir jalan. Tiba-tiba ada seorang anak
yang memakai seragam sekolah rapi menghampirinya
“Kamu
kok duduk sendirian di sini, kamu kenapa? Oh ya, kenali nama aku Nisa.” Katanya
sambil menguluran tangan kepada Mira
“Aku gak
apa-apa. Nama aku Mira, senang bertemu dengan kamu.” Jawab Mira masih dalam
keadaan murung.
“Iya
sama-sama. Sepertinya kamu punya masalah, cerita dong sama aku.” Kata Nina
“Hmm, ia
aku memang punya masalah. Adikku sakit-sakitan, aku gak tau mau ngebiayain
obatnya pake apa.” Katanya sambil mengeluarkan air mata
“Emangnya
orang tuamu gak tau keadaan adik kamu?” Tanya Nisa
“Orang
tuaku…” (terdiam)
“Eh,
maaf ya, aku gak ada maksud apa-apa.” Kata Nisa
“iya,
gak apa-apa kok.”
Tiba-tiba
saat itu juga terdengar suara bapak-bapak yang sedang memanggil anaknya. Tenyata
itu adalah papanya Nisa. Dengan terburu-buru ia pun pergi menghampiri papanya.
Sebelmnya ia sempat berkata pada Mira bahwa semoga suatu saat nanti mereka bisa
bertemu lagi dan Nisa juga memberikan sedikit uang untuk biaya beli obat adik
Mira.
Desi yang
pada saat itu masih merasa harus mencari uang, ia tak perduli dengan keadaannya
yang masih sakit. Ia kembali ingin mengemis di pinggir jalan. Tapi di
perjalanan, karena hari pada saat itu sangat panas dia pun tak berdaya dan
jatuh pingsan. Tiba-tiba ada seorang laki-laki bersama anaknya melihat Desi dan
mereka menolong Desi kemudian membawa Desi pulang ke rumah Desi.
“Kamu
tinggal sendirian di sini?” Tanya Pak Firman.
“Enggak,
saya tinggal bersama kakak saya.” Jawab Desi.
“Di mana
kakak kamu sekarang?” Tanya Pak Firman.
“Saya
juga gak tau kenapa sampai sekarang ini kakak saya belum pulang juga.” Jawab
Desi.
Mira
yang sedang di perjalanan menuju ke rumahnya bertemu dengan tiga orang
sahabatnya. Wulan, Rina dan Dea pun sempat menasehati Mira mengenai keadaannya
sekarang. Mungkin saat ini Mira sangat lelah sampai-sampai mukanya begitu
pucat. Saat itu juga mereka memberikan Mira minum dan mereka mengantarkan Mira
pulang.
Sesampainya
di depan rumahnya, Mira sempat kaget kenapa ada mobil di depan rumahnya. Ia
khawatir terjadi sesuatu dengan adiknya. Ia pun segera berlari masuk ke rumah.
“Assalamu’alaikum,
Desi kamu kenapa? Lho, Nisa?” Mira pun begitu kaget dengan nafasnya yang masih
ngos-ngosan
“Lho,
jadi kakak udah kenal sama kak Nisa. Tau gak kak, kak Nisa dan Om Firman tu
baik banget dan mereka ingin mengajak kita tinggal bersama mereka.” Kata Desi
begitu gembiranya.
“Kamu
mau kan Mira tinggal dengan aku?” Tanya Nisa
“Ia, mulai
sekarang Mira gak usah mikiri uang sekolah dan biaya obat Desi lagi, om akan
biayai semuanya. Asal Mira dan Desi mau tinggal bersama kami.” Kata Pak Firman
“Makasih
ya Om, makasih ya Nisa.” Katanya kepada Nisa dan papanya dengan penuh haru.
“Sekarang
kalian jangan sedih lagi lah.” Kata Rina.
“Iya…kebahagiaan
itu pasti akan datang.” Cerocos Dea.
“Semua
manusia pasti pernah mendapatkan cobaan dari Allah SWT, dan Allah menurunkan
cobaan itu sama kita karna Allah yakin kita mampu melewati semuanya. Intinya
dalam ngejalani cobaan itu, kita harus bersabar dan jangan menyerah.” Ceramah
Wulan seperti gaya Mama Dede yang lagi ngejawab umatnya curhat.
Suasana
pada saat itu pun penuh haru bercampur kebahagiaan. Memang benar apa kata buku
yang pernah si penulis baca sesudah ada kesulitan pasti ada kemudahan dan kita
patut bersakit-sakit dahulu sebelum akhirnya bersenang-senang kemudian. Jadi
intinya semua akan Indah Pada Waktunya. :)