Minggu, 24 Juni 2012

Only One Part I

        

Sudah hampir setahun lebih Pak Ferdinan  menikahi seorang wanita yang menurutnya cocok untuk menggantikan Almarhumah istrinya dan menjadi ibu bagi ke dua anak-anaknya yaitu Bulan dan Rio. Namun, tetap saja anak pertamanya yang bernama Bulan itu gak nerima keberadaannya. Hanya putra bungsu Pak Ferdinan yang menerima ibu tirinya itu dengan gembira. Baginya hanya ada satu mama dalam hidupnya, yaitu mama yang sekarang berada di surga sana. Tapi itu gak jadi masalah buat Lina. Semuanya butuh proses, biarkan waktu yang akan menjawabnya kata hati kecilnya.

          Pak Ferdinan pun akhirnya memutuskan untuk pindah ke Palembang. Pindah ke rumah peninggalan ibu mertuanya dan mau tak mau Bulan dan Rio pun harus ikut bersama mereka. Awalnya sih, Bulan gak mau, tapi ya mau gimana lagi. Dengan muka terpaksa akhirnya ia menyetujuinya.

           Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka sampai juga di Palembang. Tak disangka, untuk kamar tidur pun Bulan mempermasalahkannya.

           “Pa, masa’ aku harus tidur di kamar yang sempit kayak gini sih.” Katanya kesal
           “Sayang, di sini kamarnya memang seperti ini. Ini satu-satunya kamar yang paling lebar di antara yang lainnya. Gapapa kan sayang.” Jelas mama tirinya itu
           “Yaudah, terima aja napa sih kak, lagian kamar kakak itu lebih besar dari kamar aku, papa dan mama.” Sambungn Rio kesal
           “Bawel loe.” Cemberut
           “Sudah-sudah, ini aja jadi masalah. Sudah, ganti baju dan beres-beres sana.” Kata Papa

            Akhirnya perdebatan itu berhenti sampai di situ dan segera ganti baju serta memberesi pakaian dan barang lainnya.

            “Lumayan juga sih kamar ini, setidaknya gue bisa ngeliat bintang di sini.” Kata Bulan sambil menuju ke teras kamarnya
           “Wah, indah banget.” Menggeletakkan badannya di atas rerumputan
            “Ma, aku kangen mama, sekarang aku bisa ngeliat mama setiap malam.” Katanya sambil melihat bintang di langit

            Dari kejauhan, mama tiri Bulan itu hanya dapat tersenyum gembira.

            Hmm, gak terasa ternyata udah pagi, hari ini Bulan mulai dalam lembaran baru, yaitu masuk sekolah yang baru dan mesti harus menjalankan MOS. Papa hanya mengantarkan Bulan sampai di depan gerbang sekolahnya.

            “Pa, ini sekolahnya?” merasa heran sambil sesekali mengamati sekolah itu
            “Iya, udah kamu jangan banyak komentar, belajar aja yang bagus. “ jawab papa
            “Huh… iya pa.” berjalan masuk ke dalam

             Bulan bingung mau ngapaen. Ia merasa tidak nyaman. Tiba-tiba ada geng empat sekawan nyamperin dirinya.

            “Eh, lho yang anak baru pindahan dari Jakarta itu?” Tanya Sesil salah satu personil geng itu dan sekaligus kakak kelasnya
            “Ia, emang kenapa?” jawabnya sinis
            “Ih, berani ngejawab lagi loe. Dasar anak manja, megang sampah aja sok jijik.” Cerocos Shila
            “Sekarang juga gue hukum loe nyanyi.” Kata Sesil
            “Nyanyi lagu apa?” Tanya Bulan
            (Mereka berempat pun berunding)
            “Nyanyiin lagu burung kakak tua pakek bahasa Sunda.” Kata Prisil
            “Gue gak bisa pakek bahasa Sunda, gue bisanya pakek bahasa Inggris. “

Jreng..jreng
Burung kakak cua, hinggap di juendela
Nenek tsudah cua, giginya tcinggal dcua
Lekzum..lekzum lalala
Burung kakak cua

             “Emang kayak gitu ya Sil.” Tanya Prisil
             “Ya enggak lah begok. Itu sih bisanya dia aja.” Jawab Sesil
             “Karna loe gak bisa nyanyi burung kakak tua pakek bahasa sunda, sekarang gue hukum loe jalan jongkok sampai 30 kali.” Kata Sesil sangar

             Bulan pun terpaksa menuruti kemauanan mereka. Dalam hati kalau bukan karna bisa dapat sertifikat masuk sekolah ini, gak bakalan mau dia di suruh seperti itu. Ia pun tetap bersabar.

             Selanjutnya, Bulan bersama temannya yang bernama Cika itu mesti minta tanda tangan dari kak Bintang yang merupakan Ketua Osis di SMA itu.

             “Ayok lah sama-sama kita minta.” Kata Bulan
             “Enggak lah, loe aja Lan, loe liat sendiri kan setiap ada yang mau minta tanda tangan kakak itu selalu di tolaknya secara kasar.” Jelas Cika
             “Tapi…?” kata Bulan
             “Udah, loe aja sana.” Menolak Bulan ke arah kak Bintang
             “Misi kak.” Menyentuh bahu kakak itu dengan jari telunjuknya
             “Ada apa! Jawab Bintang sinis
             “Kak, boleh minta tanda tangannya gak?” kata Bulan
             “Kenapa, loe naksir juga sama gue.” Cerocos Bintang
             “Ya Allah, kok ada lah cowok senarsis dan sejutek ini.” Katanya dalam hati
             “Eh, pakek bengong lagi loe.” Kata Bintang
             “Cuma tanda tangan aja apa susahnya sih kak.” Kata Bulan
             “(mengambil bukunya Bulan dan merobekkannya menjadi 2 bagian)”
             “Ihh… mau aja gue jitak kepalanya.” Katanya dalam hati
             “Loh, kok dirobek sih kak.” Dengan muka kesal dan kecewa

              Bulan pun mengambil buku yang telah dijatuhkan Bintang tersebut. Tiba-tiba datang lagi si perusuh yaitu empat sekawan

             “Mau minta tanda tangan Bintang?? Ya gak bakalan  bisa lah.” Kata Sesil
             “Mendingan sekarang loe pijetin bahu gue. Udah pegal-pegal ni gara-gara ngemos kalian.” Kata Bintang
             “Iy, sekalian gue juga ya!” Kata Tamara
             “Seumur hidup, gue gak pernah mijetin orang. Jangankan orang lain, papa aja pun gak pernah gue pijetin.” Katanya dalam hati
             “Eh, pakek bengong lagi loe, ayo cepat pijetin Bintang sama Tamara sekarang!!” Perintah Prisil
             “Iy..iy..” Cemberut
             “Kalo loe mau tanda tangan dari gue, loe besok harus pakek baju badut teletabis dan jadi pelayan pengantar minuman waktu acara besok malam!” kata Bintang tegas
             “Iy.” Suaranya melemas

              Sepulang sekolah, ternyata bukan papa lagi yang menjemput dirinya melainkan ibu tirinya itu.

             “Sayang, sekolahnya hari ini?” Tanya mama penasaran
             “Ya, gitu deh. Masih ada aja yang jaili aku. Lho, kok tante sih yang jemput? Papa mana?” tanyanya
             “Iy, mama sekalian ngasi tau kalo mulai hari ini dan seterusnya, mama yang bakalan ngantar dan jemput kamu dan Rio ke sekolah.” Kata Mama
             “Hmm, gak usah deh tante, aku bisa pergi dan pulang sekolah naik angkot.” Jawab Bulan
             “Gapapa sayang, lagian butik mama udah ada yang ngejagain.” Sambung Mama
             “Udah gapapa tante.”
             “yaudah deh.” Balas mama

              Akhirnya mereka pun pulang dan sesampainya di rumah, Bulan langsung masuk ke kamarnya, ganti baju dan duduk di jendela disertai dengan melamun.

             “Ih, kok ada sih cowok yang super nyebelin kayak gitu?” sambil membuka buku
             “Loh, foto gue yang di sini mana? Bisa kenak marah lagi deh gue. Pasti jatuh waktu si cowok nyebelin itu merobek buku gue. Uhh..!” katanya begitu kesal
             “Mana besok gue mesti pakek kostum badut lagi. Sial…sial :(”

              Seperti malam-malam sebelumnya, Bulan suka sekali melihat bintang di teras kamarnya itu. Tapi malam ini ia tak perlu berbaring di rerumputan lagi untuk melihat bintang. Cukup dengan teropong bintang pemberian ibu tirinya itu, Bulan bisa melihat bintang seakan lebih dekat.

             “Ma, aku bisa melihat bintang itu lebih dekat. Andai mama di samping ku sekarang, pasti aku akan mengambil satu bintang itu buat mama.” Kata Bulan sambil menunjuk bintang tersebut

              Wah…wah…wah…tampaknya sudah pagi ni. Hmm tapi di pagi yang cerah ini, wajah Bulan tampak cemberut karna pagi ini ia harus memakai kostum badut teletabis.

              “Pagi ini, gue akan memperkenalkan badut baru di sekolah ini. Dan dia juga yang akan jadi pelayan dalam party kita nanti malam. Inilah dia, Bulan…” Kata Bintang
              “(hanya bisa pasrah)”  Bulan

               Malam hari ketika party itu berlangsung, Bulan tampak letih dan lemas. Akhirnya di tengah-tengah acara, ia pun memutuskan untuk pulang.

                Keesokan harinya, ia terpaksa bangun pagi untuk menunggu angkot. Tetapi angkotnya tak kunjung datang dan ada seorang cowok yang naik kereta ninja dan berhelmkan hitam, menghampiri dirinya.

               “Eh, mau ngasi tumpangan ya?” Tanya Bulan
               “(membuka helm)” Bintang
               “Eh, ternyata loe.” Bulan kaget
               “Sorry ya, gak ada tumpangan buat loe. Da…” Kata Bintang
               “Uhh, dasar loe.” Jawabnya kesal

                Bulan tampak berlari menuju ke kelasnya karna takut terlambat. Tiba-tiba saja di depan kelasnya ada seorang cowok yang memberikan ia minum. Lalu cowok itu pun segera pergi. Setelah di minum, eh ternyata itu adalah air garam.

               “Hahhaha, air garam kok diminum sih? Air garam itu cocoknya buat ngerendam kaki loe.” Kata Bintang.
               “Uhhh! Kurang ajar loe!” Kata Bulan kesal
               “Ahahaha….ahahaha…” Mereka tertawa terbahak-bahak

                Hal itu berlalu begitu saja. Kini saat tiba waktunya istirahat. Murid-murid pun menanggapinya dengan suka cita. Yee..
Seperti hari biasanya, setiap jam istirahat, Bulan bersama dengan temannya yang bernama Cika itu untuk makan di kantin. Ternyata tak diduga-duga, Bulan ketemu lagi sama si cowok yang super nyebelin itu. Hhehe, apa gue bilang, kalo jodoh itu memang gak ke mana Lan. Hheehe…cerocos si penulis.

                “Ih, di mana-mana ada dia. Dia itu selalu membuat hari-hariku tak tenang.” Cerocos Bulan
                “Eh, sini loe!” Seru Bintang
                “Siapa? Gue?” Tanya Bulan
                “Yaiyalah, emang siapa lagi?” jawab Bintang sinis

                  Bulan pun berjalan menghampiri Bintang dengan perlahan.

                 “Apa loe, pasti loe mau ngerjai gue lagi kan? Awas loe ya.” Ancam Bulan
                 “Ini ni, orang yang selalu negative thinking. Gue tu berniat baik mau minta maaf sama loe. So, gue mau neraktir loe hari ini. Sekarang, loe duduk di sini ya?” Kata Bintang
                 “Loh, kok lengket ya? Gue gak bisa berdiri ni. Uhhh robek jadinya rok gue. Dasar loe.” Sambil mencoba berdiri
                 “Ahahaha…rasain loe.” Bintang dan kawan-kawan tertawa tak hentinya
                 “Awas loe.” Kata Bulan sambil berlari menuju ke kamar mandi

                  Malam harinya usai makan malam, papa menanyakan tentang keadaan Bulan di sekolah barunya itu. Dia pun mengatakan kalo dia udah gak tahan lagi berada di sekolah itu karena selalu di jaili sama kakak kelasnya. Dia memutuskan untuk pindah sekolah. Namun, tampaknya Bulan mesti berpikir dua kali untuk pindah sekolah di Jakarta. Hal ini karena ia juga memikirkan kebahagiaan papanya. Baginya biar pun di sini tapi kalo selalu bersama, itu udah lebih dari cukup. Akhirnya keinginan itu tak terwujud. Ia terpaksa menerima kenyataan itu.

                                                                                 
                                                                                bersambung...

mau tau dan penasaran sama sambungan ceritanya?
so, tetap stay di sini ya...
jangan sampai ketinggalan. Ok... ^_^